Tonsilitis atau yang dalam bahasa awam lebih dekenal dengan penyakit amandel merupakan peradangan yang terjadi pada tonsil. Tonsil sendiri adalah kumpulan jaringan limfoid yang berada di belakang rongga mulut. Tonsil palatina, tonsil lingual, dan tonsil adenoid membentuk lingkaran yang disebut cincin waldayer. Yang kerap mengalami tonsilitis adalah tonsil palatina.
Dalam praktek kedokteran, tonsilitis merupakan penyakit yang sering sekali dijumpai. Sebenarnya merupakan penyakit yang ringan dan dapat sembuh dengan antibiotik. Namun, jika tidak dijaga agar tidak meradang, dapat berkomplikasi juga ke abses peritonsil, abses parafaring, demam reumatik, dan glomerulonefritis akut. Jika tonsil yang membesar menghambat jalan nafas, maka pasien akan mengalami sleep apnea, atau kesulitan bernapas ketika tidur. Jika mengalami sleep apnea maka disarankan untuk operasi. Karena jika terjadi terus-menerus, dapat mengganggu siklus tidur dan mengganggu jalan udara ke otak.
Penyebab dari tonsilitis ini macam-macam. Bisa bakteri, virus, atau jamur. Penyebab terseringnya adalah bakteri Streptococcus Beta Hemolitikus Grup A. Proses radang yang berulang, dapat mengikis jaringan-jaringan limfoid pada tonsil, sehingga terbentuk jaringan parut. Terbentuklah seperti sungai-sungai yang disebut kripti. Kripti ini nantinya terisi oleh detritus yang merupakan sisa-sisa dari mikroorganisme penginfeksi dan leukosit.
Nah, walaupun tonsil berguna untuk memfilter kuman, namun ketika ia sudah membesar dan tidak sembuh-sembuh, tonsil justru menjadi sarang kuman. Kuman pada tonsil dapat menginfeksi ke kelenjar getah bening lain, ataupun infiltrasi ke darah. ASTO merupakan cara untuk memeriksa apakah kuman sudah beredar di aliran darah atau belum. Jika kuman masuk ke aliran darah, maka bisa terjadi infeksi pada jantung, atau bagian-bagian lain. Karena itu, seringkali penderita tonsilitis disarankan untuk operasi.
Tonsil sendiri, disyarafi oleh beberapa arteri. Dari atas ada arteri palatina desenden dan dari bawah ada arteri dorsalis, arteri faringeal asenden, dan arteri palatina asenden. Keempat-empatnya merupakan cabang dari arteri carotis eksterna yang berasal dari arteri carotis.
Ketika dilakukan tonsilektomi (operasi pengangkatan tonsil), maka arteri yang dibawah akan diligasi untuk mengurangi pendarahan. Sementara yang diatas akan kontriksi.
Ketika tonsil dapat dibedakan dari T0 sampai T4. T0 berarti tidak ada tonsil yang terlihat. Kenapa? Karena sudah dilakukan tonsilektomi, jadi tonsilnya sudah tidak ada. T1 ukuran tonsilnya akan menempati ruang sampai sebelum plika posterior. T2, ukurannya akan melewati plika posterior sampai garis median yang membagi ruang antara uvula dan ujung tempat tumbuhnya tonsil. T3, sudah melewati garis median. Sementara T4, sudah mengenai uvula. Tonsil yang ukurannya sama-sama T4, dan bertemu di garis tengah uvula disebut kissing tonsil.
\
Tonsilitis akut, cendrung lebih hiperemis, permukaan licin, dan udem. Pasien akan demam dan sulit menelan. Sementara pada tonsilitis kronis, akan jelas terlihat kripti yang melebar, permukaan tonsil tidak ratan, dan detritus cendrung terlihat seperti pulau-pulau.
Tonsilitis akut |
Tonsilitis Kronis |
Jika tonsil disebabkan oleh jamur, maka akan terlihat bercak-bercak yang tidak hanya ada di tonsil, namun juga dibagian-bagian lain di rongga mulut. Biasanya, tonsilitis jamur disebabkan oleh penyakit HIV AIDS. Karena itu, jika menemukan pasien dengan tonsilitis kronis, harus serba hati-hati jika menemukan pasien dengan tonsilitis jamur.
Kapan tonsilitis harus dioperasi?
Jika sudah berukuran T3 atau T4 sebaiknya dioperasi saja. Apalagi jika sudah menyebabkan sleep apnea, rekuren, pembesaran KGB lainnya, dan ASTO positif. Operasi dilakukan juga pada tonsilitis yang tidak respo dengan antibiotik atau yang perbedaan besar antara kanan dan kirinya tidak seimbang, karena tonsil yang berbeda besarnya bisa jadi adalah tumor.
Teknik yang dipakai di rumah sakit biasanya teknik opersasi diseksi dan kadang-kadang elektrokauter. Tidak ada perbedaan pada hasil, bedanya elektrokauter akan mengurangi pendarahan. FYI: jika ada yang bilang operasinya pakai laser, jangan percaya dulu. Laser itu mahal sampai miliaran, jarang ada di Indonesia, dan jarang pula ada tenaga yang mampu melakukannya. Hanya sedikit rumah sakit yang memiliki laser. Laser yang dikenal selama ini hanyalah elektrokauter.
Begitu juga, jika ada tukang sunat yang mengaku-ngaku menggunakan laser, sebenarnya ia menggunakan elektrokauter kecuali biaya sunatnya sampai miliaran.
Sumber: Kuliah Pengantar blok 3.3 FK Unand
0 komentar:
Posting Komentar