Dibalik pria sukses, terdapat wanita yang hebat. Ungkapan itu terpatri kuat dibenakku. Membayangiku kemanapun langkahku. Seperti papaku, seorang pengusaha sukses. Dibelakangnya, mama yang setia selalu ada baik itu mudah maupun susah. Baik kini, saat papa sudah kaya raya, maupun dulu saat sepeserpun receh tak ada ditangannya.
Begitupula dengan idola-idolaku, para superhero. Pahlawan-pahlawan super yang filmnya mampu membiusku berjam-jam di depan layar laptopku. Pembela kebenaran yang poster-posternya memenuhi dinding kamarku. Superman, Spiderman, Iron Man, maupun yang namanya tidak ada embel-embel “Man”, Thor. Merekalah inspirasi terbesar dalam hidupku. Dan di belakang mereka selalu berdiri seorang wanita hebat. Superman dengan Lois Lane, Spiderman dengan Mary Jane, Iron Man dengan Pepper Potts, dan Thor dengan Jane Foster. Dan begitulah aku ingin tumbuh dewasa, menjadi wanita hebat yang berdiri di belakang seorang superhero.
Kelas 3 SMA, ya, kini aku ada di penghujung masa sekolah. Teman-teman kerap menertawakanku tiap kali guru menanyakan apa cita-citaku. Tentu aku akan menjawab, Istri Superhero. Bukan satu atau dua saja teman laki-laki yang menyatakan perasaannya padaku. Tapi dengan tegas kujawab, tidak. Karena aku telah terlebih dahulu jatuh cinta pada superhero yang akan menjadi pacarku. Dan aku ingin cintaku tulus hanya kusembahkan pada Sang Superhero itu. Tak peduli bagaimanapun nanti bentuknya, seperti Superman kah, Spiderman kah, Iron man kah, atau yang gondrong dan kemana-mana membawa batu, Thor. Yang jelas seorang superhero sedang menantiku, wanita hebat yang akan setia di belakangnya. Karena itu, aku tak ingin membuang-buang waktu dengan laki-laki lain. Aku hanya ingin mempersiapkan diri menjadi wanita hebat seutuhnya.
Itulah pula sebabnya aku memilih jurusan Ilmu Komunikasi ditahun pertama kuliahku. Aku ingin menjadi reporter. Seperti Lois Lane, yang kemudian menjalin cinta dengan Superman. Namun entah mengapa lama-lama aku bosan menonton film Superman. Jadul! Karena itu pada semester kedua kuputuskan mengikuti kegiatan drama di kampusku. Aku ingin jadi seperti Mary Jane, bintang panggung yang cantik. Namun berbulan-bulan pun aku tak pernah ditunjuk jadi pemeran utama. Selalu ada gadis lain yang dianggap lebih pantas dariku. Membuatku benci pada Spiderman, mengapa ia menyukai Mary Jane? Pasti hanya karena kecantikan saja. Hal itu membuat sosok Mary Jane bukan lagi wanita hebat dalam benakku.
Dipenghujung tahun pertama, aku mulai muak dengan jurusan pilihanku. Aku kembali mengikuti ujian masuk universitas dan aku lulus. Kali ini Kimia jadi pilihanku. Aku ingin menjadi seperti Jane Foster, ilmuwan. Meneliti banyak hal dan kemudian bertemu dengan…. Thor! Aku mulai serius kuliah. Semua kulalui dengan sukses, dengan bayang-bayang Thor. Dan aku tidak pernah bosan. Hingga aku lulus, dengan nilai yang sangat memuaskan, aku mulai mencari kerja. Entah kenapa aku mulai putus asa dengan sosok Thor yang tidak jua muncul padahal bertahun-tahun sudah aku bekerja dengan zat-zat kimia. Aku pikir, jaman sekarang mana ada manusia setengah dewa. Akhirnya aku mengubah haluan. Aku ingin menjadi sekretaris pribadi, seperti Pepper Potts yang menunjang suksesnya Iron Man. Aku melamar kerja pada sebuah perusahaan dan diterima. Tinggal bagaimana aku meniti karir hingga akhirnya aku mendapatkan posisi sekretaris pribadi.
Aah, lagi-lagi aku bosan! Setahun sudah aku bekerja dan posisiku disitu-situ saja. Hingga akhirnya, pada suatu hari aku kecopetan. Seorang pria yang sepertinya pulang dari masjid membantuku, mengejar maling itu dan mengembalikan tasku. Aku menanyakan namanya, Fulan. Namun ia enggan berjabat tangan denganku. Enggan memandang langsung padaku dan menolak ketika kuajak makan bersama sebagai balas jasa.
Hey, dia superhero namun tak romantis seperti Superman, Spiderman, Iron Man, Thor… Aah… menyebalkan!
Sejak kejadian itu aku lebih sering menguntit Fulan, mengikutinya ke tempat-tempat ia bertandang. Ternyata ia kerap pergi kesebuah masjid untuk menghadiri kegiatan-kegiatan keislaman. Berawal dari sana, lama-kelamaan aku mulai kenal dengan teman-teman Fulan yang perempuan. Mereka mengajakku mengikuti berbagai kegiatan keislaman. Dari sinilah aku mengerti, bagaimana seharusnya aku memegang teguh agamaku, Islam. Aku harus memeluknya secara keseluruhan, bukan sebagian-sebagian.
Perlahan, aku mulai menggunakan kerudung, mengganti semua baju ketatku dengan yang lapang, dan pada akhirnya, kututupi auratku dengan sempurna. Amalan yaumi ku pun perlahan mulai kutingkatkan. Kini aku dapat membaca satu juz dalam satu hari. Dan keteduhan hati yang disebabkannya membuatku merasa tak ingin berhenti membacanya.
Perlahan, aku mulai menggunakan kerudung, mengganti semua baju ketatku dengan yang lapang, dan pada akhirnya, kututupi auratku dengan sempurna. Amalan yaumi ku pun perlahan mulai kutingkatkan. Kini aku dapat membaca satu juz dalam satu hari. Dan keteduhan hati yang disebabkannya membuatku merasa tak ingin berhenti membacanya.
Aah,akhirnya aku merasa bodoh, mencari cinta semu Sang Superhero. Padahal Allah, adalah Maha Pecinta yang tak perlu kukejar cintanya. Tak dikejar saja sudah begitu besar apa yang Ia beri untuk hidupku. Apalagi jika kukejar dengan amalan-amalan yang disenangi-Nya. Aku yakin jika aku teguh dijalan-Nya, Ia akan menghadiahkanki syurga.
Dan aku berubah. Aku meneruskan S2 berharap setelah itu dapat melamar kerja sebagai seorang dosen. Bukan untuk mencari superhero, tapi untuk mendidik banyak generasi. Dan kupersiapkan diriku sebagai muslimah yang telaten untuk suamiku nanti, terlepas apakah ia superhero atau tidak. Seperti mama yang setia pada papa.
Hingga akhirnya aku menikah dengan seorang penjaga toko buku islami yang kaki kanannya diamputasi. Namanya Rahman. kemana-mana memakai tongkat atau kursi roda. Dan mereka bilang, aku adalah wanita hebat karena mampu bersabar dengan keadaannya. Namun aku tetap mencintainya karena Allah. Karena ia lah yang terbaik yang diberikan Allah padaku.
Hey hey, Rahman kehilangan kaki karena menolong seorang balita dalam sebuah tragedi kebakaran. Ia adalah superhero. Karena itu, aku bahagia.
Created by: Intan Ekaverta, tentang seorang gadis penggemar Spiderman
0 komentar:
Posting Komentar