Sebelum menceritakan kisah seru perjalanan kami, izinkan saya memperkenalkan apa itu detik. Detik adalah singkatan dari Dawa' mEmang canTIK, sebutan untuk lima orang akwat yang aktif di Departemen Dawa'.
Hari, itu, Selasa, 28 Oktober, kami menghadapi Inti dan DPP FSKI dalam mempertanggungjawabkan proker kami selama setengah tahun kepengurusan. Cukup tegang, kami ditanyakan tentang beberapa hal. Setelah selesai, kami berkumpul di depan Gedung I, sekedar bercakap-cakap membahas ini dan itu. Entah dari siapa datangnya, muncullah ide untuk menghibur diri di tengah kepengurusan dengan jalan pagi ke taplau, yang selanjutnya kami sebut upgrading.
Tibalah hari itu, Minggu, 2 Oktober 2014. Kami berkelana, rute dimulai dari wisma Shabrina, meluncur ke Jln, Ahmad Yani, terus, menyebrangi derasnya lautan lalulintas, menuju taplau. Kami menyusuri pantai hingga menemukan tempat peminjaman sepeda. Maka kemudian kami mengganti langkah kami dengan putaran roda sepeda.
Kami terus berpacu, menikmati angin pagi, memejamkan mata sembari sinar mentari menepuk pori-pori kami. Deburan ombak seakan berseru riang menyambut datangnya kami. Sunggu pagi yang cerah...
Kami terus mengayuh dan mengayuh, hingga sampai di sebuah sungai yang diapungi banyak kapal. Di sebrangnya, bangunan-bangunan Kota Tua tersenyum ringkih kepada kami. Roda terus berputar, hingga sampailah kami di bawah kaki sebuah jembatan, yang menyebrangi sungai. Tingginya membukit memungkinkan lewatnya kapal-kapal besar. Kami kemudian mulai mengayuh sepeda naik ke puncak jembatan. Sembari menikmati tiang-tiang emasnya yang ranum, kami kemudian berhenti, sekedar mengabadikan kehadiran kami dengan satu dua cahaya kamera.
Waktu bergulir, kami kembali menaiki sepeda kami. Kali ini perut kami keroncongan, kami mulai lapar. Kami pun memutuskan untuk berhenti di sebuah kedai soto. Menurut kabar burung, kedai tersebut adalah kedai soto paling populer sejagat raya. Dengan lahap kami pun memesan masing-masing sepiring soto dan menghabisnya.
Setelah kembali terkumpul energi, kami melanjutkan perjalanan. Kali ini mengembalikan sepeda yang kami sewa.
Sepeda pun dikembalikan, kami hendak pulang. Namun deburan ombak tak membolehkan kami pulang. Dengan panggilannya yang riak, kami memutuskan untuk sekedar meluruskan kaki, menikmati asinnya air laut diantara pori-pori kaki kami. Dan burung-burung terbang pun menyapa kami, kepiting-kepiting bernyanyi untuk kami, bebatuan pantai mengulurkan permukannya memberikan tempat untuk kami duduk. Ikan-ikan menghampiri, tersenyum kepada kami.
Cukup lama, kami sempat meninggalkan tulisan Dawa' dan Detik di pasir pantai sebagai kenang-kenangan untuk makhluk-makhluk yang akan merindukan kami.
Perjalanan dilanjutkan, kami menuju sebuah kedai buku bernama Sari Anggrek. Disana kami membeli masing-masing segelas coklat dingin untuk menghilangkan dahaga kami. Setelah lelah, akhirnya kami pulang ke rumah masing-masing.
Aah... sungguh menyenangkan...
0 komentar:
Posting Komentar