Rabu, 30 Oktober 2013

Galau Spek****

Catatan Unknown pada 3:05 PM 0 komentar
Disuatu Rabu yang tenang di kosan Diah...

Diah : Intan..,. spe***** gimana? Hari ini deadlinenya. Aaaaaa!!!!
Intan : Waduuuh, iya nih Diah, masih ada tulisan yang belum dikirim, masih 3 rubrik lagi.
Diah: Terus gimana???
Intan : Kata Kak Ken** ada tulisan yang udah dikirim ke email redaksi. Bntar ya Intan liihat dulu~

[Beberapa menit kemudian]

Intan : Diah, Intan lupa password email redaksi, bentar ya, Intan tanya anak redaksi lain.
Diah : Oke, oke,
Intan : Aaaa~ kok ngga ada yang balas SMS Intan yaak?
Diah : Lagi tidur mungkin. Telpon, telpon!
Intan : (menelpon) Ngga diangkat-angkat~
Diah : Aduh, gimana?
Intan : Diah tahu ngga passwordnya? Kan Diah Infokom.
Diah : Mana tahu!? Kalau password FB sma Twitter baru Yah tahu -_-
Intan : WA coba... (mem-WA)
Diah : Coba!!!
Intan : Ngga dibalas-balas....
Intan dan Diah : Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa~~~~~~~

[2 jam kemudian]

Allahuakbar... Allahuakbar...
Intan : Azan Ashar, Yah...
Diah : Iya, sholat dulu,

[Setelah sholat]

Intan : Ngemeneg-ngemeng sebelum aku kesini Diah ada SMS aku ngga?
Diah : Ada. Beberapa kali.
Intan : (membelalakkan mata) Ohiya!? Aduh... Coba aku matiin hp dulu ya, Yah...

[Intan pun mematikan HP dan menghidupkannya kembali]

Intan : (Histeris) (Langsung masuk 16 pesan) Huwaa.... ternyata ini masalah HP-nya dan SMS aku udah dibalas dari tadi...
Diah : Yaaaaaa... Intan. Coba dari tadi tahu email redaksi -___-

Layout Spek**** belum jadi!!!!!!!!!!!!


Selasa, 29 Oktober 2013

#Jlebb

Catatan Unknown pada 10:50 PM 0 komentar


"Apabila kamu dapati hafalan Al-

Quran kamu semakin menghilang,
ketahuilah bahawa pada ketika itu
kamu bukan dalam keadaan
TERLUPA. Bahkan sebenarnya, kamu
telah DILUPAKAN oleh Allah.
Sesungguhnya Allah sengaja menarik
ayat-ayat-Nya daripada ingatan
kamu kerana sikap kamu yang
memperlekeh dan bermain-main
dengan-Nya, sehingga menyebabkan
kamu hilang kelayakan sebagai
seorang penghafal Al-Quran yang
juga mengamalkannya...."
Sangat terpukul dengan nasihat
Shaykh Al-Shinqiti versi Malaysia,
Al-Fadhil Ustaz Dr Zahazan
Mohamad dalam kuliah beliau di
Bangi beberapa tahun yang lalu.

Mari kita sama-sama menjaga hafalan kita
…(╥╯﹏╰╥)ง


Sungguh nge-jlebb membaca postingan seperti itu di facebook.
Entahla, kenapa harus nge-Jlebb. Mungkin baru segelintir yang sempat dihapal dan akhirnya terlupakan.
Tapi, sudah begitu hina rasanya.
Aaaaaah...


Ya Allah, entah apa yang telah hamba-Mu ini lakukan dimasa-masa emasnya~
Izinkanlah aku membayar semua kefuturan dengan manfaat disisa usia mudaku ini, ya Allah...

#Semangat
#BerkaryaUntukAllah


Ghazwul Fikri

Catatan Unknown pada 10:33 PM 0 komentar
وَلَن تَرۡضَىٰ عَنكَ ٱلۡيَہُودُ وَلَا ٱلنَّصَـٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَہُمۡ‌ۗ
"Orang-orang yahudi dan nasrani tidak akan senang kepadamu hingga kamu mengikuti millah mereka"
(Al-Baqoroh: 120)





Millah seperti yang disebutkan diatas dapat dimaknai dengan kebiasaan. Maka tidak harus berpindah agama, mengikuti cara hidup mereka pun sudah cukup. Baik dalam hal berpakaian, bergaul, perpikir, dan lainnya. Karena itulah kita dianjurkan bersikap su'udzon kepada musuh-musuh Islam.

Musuh-musuh islam pun menyadari peperangan terhadap umat Islam sudah tidak bisa dilakukan dengan perang secara konvensional. Selain menumpahkan darah diantara kedua belah pihak, cara seperti itu juga memakan biaya yang banyak. Selain itu hasil yang diperoleh pun tidak tentu. Belum lagi, jika ummat Islam berperang maka yang dicari adalah mati. Tentunya tujuan tersebut akan menggetarkan orang-orang kafir yang mencari kemenangan belaka.

Maka mulailah mereka menggencarkan Ghozwul Fikr. Dimana Ghozwul berarti perang dan Fikr berarti pikiran. Disinilah menjadi merubah paradigma ummat Islam. Yang diserang bukan fisik melainkan budaya, mental pemikiran, dan lain-lain. Hal ini terus-menerus dilakukan. Sehingga rusaklah akhlak, teracunilah fikrah, rusak kepribadian, dan tumbanglah aqidah. Setelah semua itu terjadi, maka secara tidak langsung ummat Islam telah memberikan loyalitas kepada orang kafir.

Metode yang digunakan sangat licik sekali. Pertama, membatasi agar Islam tidak tersebar luas. Dilakukanlah pendangkalan, penyempitan, pelecehan, dan pembaratan terhadap budaya Islam itu sendiri. Contohnya dapat kita saksikan pada cara pemakaian jilbab. Jelas sekali kelihatannya telah berjilbab, tapi belum, pada orang-orang yang berhijab modern. karena hijabnya masih pendek dan transparan.

Kedua, menyerang Islam dari dalam. Seperti penyebaran sekularisme, nasionalisme, dan lain-lain, yang menyebabkan kerusakan aqidah.

Setelah itu, ummat Islam sendiri pun tak jarang yang minder dengan agamanya, Na'udzubillah...

Media yang digunakan untuk ghazwul fikr ini bermacam-macam. Mulai dari media massa, lembaga pendidikan, hiburan, klub, olahraga, LSM, dan lain-lain.

Karena itu sobat muslim tercinta, berhati-hatilah pada serangan yang satu ini. Karena efeknya sangat berbahaya~

SM, 27 Oktober 2013

Sabtu, 26 Oktober 2013

Teknik Wawancara dan Menulis Berita

Catatan Unknown pada 12:58 AM 0 komentar

Wawancara: Tanya jawab antara wartawan dengan narasumber, bisa orang terkemuka, akademika atau orang biasa (orang yang relevan).

Jenis-jenis wawancara:

  1. Information interview; untuk memperoleh keterangan, informasi, dan fakta suatu peristiwa (musibah, bencana alam).
  2. Feature interview; wawancara untuk menggali cerita kehidupan seseorang yang akan dijadikan objek.
  3. Opini interview; opini seseorang untuk dijadikan bahan tulisan. Dilakukan untuk melengkapi reportase.
Wawancara berdasarkan sarana:
  1. Wawancara melalui telepon
  2. Wawancara tatap muka
  3. Wawancara melalui konferensi pers
  4. Wawancara tertulis
Persiapan: Kenali topik, lalu tetapkan apa yang ingin diketahui, kemudian kembangkan pertanyaan berdasarkan kerangka.

Pedoman wawancara:
  1. Kuasai latar belakang masalah
  2. Hindari adu pendapat, wawancara untuk mencari point penting
  3. Tandai keterangan yang penting
  4. Lengkapi perlengkapan
Etika wawancara:
  1. Perkenalkan diri, nama dan nama organisasi
  2. Jelaskan maksud wawancara
  3. Bila buat janji datang tepat waktu
  4. Off the record, hormati permintaan narasumber bila suatu keterangan diminta untuk disiarkan
  5. Menghormati permintaan narasumber untuk tidak menyebutkan nama narasumber
  6. Selesai wawancara ucapkan terimakasih, minta nomor handphone, alamat email, dan alamat rumah
Berita:
  • Fakta/data yang benar, lengkap, berimbang
  • Data tidak harus banyak, tapi padat dan singkat
  • Data (aktual, faktual, akurat)

Jumat, 25 Oktober 2013

Ketika Kajian Islam Membosankan

Catatan Unknown pada 12:51 AM 0 komentar
Saudaraku, lihatlah pada langit. Biru membentang, tergumpal awan-awan. Burung-burung senja terbang bergerombol, menyilang di bawah cerah. Di suatu sudut mentari bersinar, menyongsong pagi dan petang. Terkadang pelangi membentang, menghantar mata pada perbukamun. Hijau, coklat, sungguh warna-warna alam menyegarkan pandangan.

Bagaimana jika Allah bilang, "Aku bosan"???

Saudaraku, kini pejamkanlah mata. Hiruplah udara segar, hmm... oksigen memenuhi paru. Memberi kehidupan, memberi kesehatan. Jauh didalam raga yang cantik itu, organ-organ beregulasi, melaksanakan tugas masing-masing. Jantung dengan detaknya, syaraf dengan pekanya, lambung dengan asamnya, otak dengan lobusnya. Bahkan ketika setitik bakteri jahat masuk, telah siap seluruh kesatuan imunitas menghadang. Ya, kamu hidup, beraktivitas, dengan semua organ ciptaan-Nya

Lalu, bagaimana jika Allah bilang, "Aku bosan"???
Saudaraku, kini lihatlah kesempurnaan penciptaan kamu. Dua mata, dua telinga, hidung, mulut, tangan, kaki. Masih bisa kamu melihat, masih bisa kamu mendengar, masih bisa kamu mencium, masih bisa kamu bicara, masih bisa kamu meraba, masih bisa kamu berjalan. Hidung diciptakan dengan lobangnya di bawah, bukan diatas, sehingga jika hujan turun tidak masuk airnya ke paru-paru.

Lalu, bagaimana jika Allah bilang, "Aku bosan"???

Saudaraku, kini lihat keharmonisan keluargamu, tingginya pendidikanmu, keceradasan otakmu, banyaknya uangmu, mempesonanya dirimu. Hey, ingat, itu semua bukan milikmu. Ada yang menitipkannya padamu.

Lalu, bagaimana jika Allah bilang, "Aku bosan"???

Saudaraku, Allah lah yang menciptakanmu, keluargamu, lingkunganmu, meberimu apa-apa yang kamu butuhkan, menyempurnakan penciptaanmu, dan mengurusimu.

Lalu, bagaimana jika Allah bilang, "Aku bosan"???

Hey,, kini, bagaimana jika kamu yang bilang, "Aku bosan"?

Tidak, bukan bosan sholat, bukan bosan puasa, bukan bosan mengaji. Aku tahu kamu ahli ibadah.

Tapi bosan pada majlis-majlis ilmu-Nya.

Kamu bilang, "Aku bosan" ketika mendengar ceramah di masjid. Kamu bilang, "Monoton, tidak seru. Ustadznya kaku, kenapa ustadznya tidak cari cara lain yang lebih kreatif sehingga ceramahnya jadi menyenangkan".

Lalu, bagaimana jika Allah bilang, "Aku bosan dengan ibadah-ibadahmu. Monoton, hanya sholat dan mengaji, tidak seru. kenapa kamu tidak cari cara lain yang lebih kreatif untuk berdakwah atau sekedar menghias diri dengan pakaian syar'i"

Kamu bilang, "Aku bosan dengan kegiatan-kegiatan islami di kampus. Kaku, tidak menarik."


Lalu, bagaimana jika Allah bilang, "Aku bosan dengan puasa-puasamu. Kaku, tidak menarik, kenapa tidak pergi perang saja biar lebih kece"

Saudaraku, aku ingin kamu tahu, Islam itu bukan sekedar masalah ibadah, tapi jauh lebih luas dari pada itu. Bahkan setiap sendi kehidupan terdapat solusinya dalam Islam. Lantas, sudahkah kamu benar-benar paham fiqh ini fiqh itu sementara apa yang akan dibahas ketika seseorang menyebutkan kata "fiqh" saja kamu belum tahu. Tapi kamu bilang kamu bosan mendengarkan kajian fiqh. Yakinkah kamu jika seluruh ibadah yang kamu lakukan sudah benar pengerjaannya?

Saudaraku, ketika ditanya siapa idolamu, kamu akan jawab, "Muhammad" tapi kamu bahkan tak tahu cerita 'Fathul Makkah'. Kamu bilang mau membaca buku siroh yang tebal sekali itu tapi mendengar cerita nabi dalam ceramah kamu bilang kamu bosan. Benarkah sekiranya Muhammad yang kamu idolakan?

Saudaraku, kamu bilang aqidahmu sudah sangat lurus, tapi sesekali buka majalah remaja masih kamu baca zodiak dan ramalan. Hey, kata syirik dan iri saja kamu sering terbalik menyebutkannya. Sudahkah kamu paham tentang ruqyah, tamimah, tiwalah, aaah... Artinya saja kamu belum paham. Tapi kamu bilang kamu bosan mendengar bahasan aqidah. Dimana letak penghambaan pada-Nya?

Saudaraku, ilmu Islam itu luas. Tak hanya bercakal sholat, mengaji ataupun puasa. Pantaskah kamu mengaku Islam jika yang kamu pahami tentang Islam hanya segelintir saja? Apalagi bilang BOSAN.

Saudaraku, majlis-majlis ilmu itu, ceramah, mentoring, seminar dan talkshow, tak lain dan tak bukan adalah media dimana kita dapat meraih satu per satu luasnya Islam, agama Allah. Disanalah kita dipertemukan dengan ustadz yang ahli, yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan kita. Tidak cukup dengan membaca buku saja, jika kita salah paham membacanya, tidak ada yang akan membenarkan. Apalagi baca dari internet??? Entah berapa persen tingkat akurasinya.

Saudaraku, aku, yang mencintaimu karena Allah, ingin mengajakmu bersamaku, menghadiri majlis-majlis ilmu itu. Marilah kita tingkatkan pemahaman kita pada agama yang telah kita genggam sejak lahir ini. Marilah kita wujudkan rasa syukur kita atas nikmat yang telah dikaruniai Allah kepada kita selama ini.

Jangan, jangan lagi bilang bosan, saudaraku. Jangan sampai Allah mendengarmu bilang bosan menghadiri majlis ilmu yang membahas satu-satunya agama yang telah disempurnakan-Nya. Jangan sampai Allah tahu bahwa dirimu bosan menghadiri majlis-Nya.

Saudaraku, aku tak ingin kamu tersinggung dengan bait kataku, aku minta maaf jika memang kamu lebih sibuk pada duniamu. Aku hanya ingin kamu merasakan nikmatnya ketika pemahaman kita tentang agama ini bertambah biar perlahan. Ya, sungguh indah ketika kita sama-sama merasakannya hingga iman menyatukan kita dalam ukhuwah.

Akupun sering menanyakan pertanyaan-pertanyaan seperti diatas pada diriku sendiri, saudaraku. Aku juga sering merasa jenuh, tapi rasa itu harus dilawan. Dilawan dengan kuat.

Aku juga tidak sekaliber ustadz-ustadz lulusan Timur Tengah itu. Islam pun kukenal lebih banyak dari majlis-majlis ilmu. Namun aku ingin kamu tahu, sungguh jauh lebih tenang hati ini jika kita beribadah setelah tahu dasar hukumnya, cara mengerjakannya yang benar, sunnah-sunnahnya, dan banyaaaakkk lagi. Dan itu akan kita dapatkan dari majlis ilmu, saudaraku.

Bukan karena apa-apa saudaraku, tulisan ini kuketik, sebab aku mencintaimu karena Allah....

Padang, 25 Oktober 2013

*Teruntuk teman-teman yang kusayangi, yang masih enggan menghadiri majlis-majlis ilmu, yang pernah berujar padaku, “Aku bosan kalau dengar ceramah”.










Kamis, 24 Oktober 2013

What Does Islam Say About Leadership?

Catatan Unknown pada 6:25 AM 0 komentar

Pemimpin itu merupakan "Khadimat", yang artinya pembantu. Karena itulah harusnya pemimpin ada untuk melayani, bukan dilayani. Jabatan itu sendiri, bukanlah suatu kemulyaan, melainkan beban. Maka tidak diperbolehkan meminta jabatan.

Pemimpin ideal
Pemimpin ideal yang patut kita contoh adalah Rasulullah, dalam diri beliau terdapat pribadi yang teladan. Disamping itu, terdapat 10 kriteria pemimpin yang baik:

  1. Akidah yang bersih
  2. Ibadah yang benar
  3. Akhlak yang kokoh
  4. Fisik yang kuat
  5. Cerdas (intelek dalam berpikir)
  6. Berjuang melawan hawa nafsu
  7. Pandai menjaga waktu
  8. Teratur dalam segala urusan
  9. Mandiri (usaha sendiri)
  10. Bermanfaat bagi orang lain
(10 muwashofat kader dakwah)

Manajemen konflik
Oleh rasulullah, konflik itu ada yang diselesaikan, adapula yang dipelihara. Diselesaikan juka menjadi ancaman dan dipelihara jika sekiranya menguntungkan umat.

Kekhalifahan
Khalifah merupakan wakil Allah dimuka bumi. Terdapat 5 zaman sebelum datangnya hari kiamat:
  1. Zaman kenabian
  2. Zaman kekhalifahan
  3. Zaman pemerintahan yang menggigit (fitnah)
  4. Zaman diktator
  5. Zaman kekhalifahan (kembali)
Maka, jaman kekhalifahan akan kembali. Sekarang bagaimana prosesnya menuju zaman tersebut? Yang pertama harus dilakukan adalah memperbaiki diri sendiri menjadi pribadi yang islami. Setelah terbentuk pribadi yang islami, maka menikah dan membentuk keluarga yang islami. Keluarga-keluarga yang islami kemudian membentuk masyarakat yang islami. Setelah itu akan terbentuk negara yang islami. Negara-negara yang islami pada akhirnya akan bergabung dan membentuk saru pemerintahan, kekhalifahan.

Oleh sebab itu, mulailah berubah. Mulai dari yang kecil, mulai dari diri sendiri, untuk perubahan yang besar. Tentunya untuk proses ini butuh waktu yang panjang sehingga dibutuhkan kesabaran didalamnya.

Pemimpin perempuan?
Peran wanita sesungguhnya sangatlah besar, tapi ada batas-batasnya. Jika wanita dinobatkan menjadi pemimpin suatu negara, maka itu dilarang. Tak lain dan tak bukan adalah karena wanita cendrung mengutamakan perasaan.

Jabatan hakim diperbolehkan untuk wanita. Selain itu juga boleh, namun tetap dalam batasan-batasan yang berlaku. Peran wanita dimanapun hendaknya tidak mengalihkan wanita dari mendidik anak-anaknya dan melayani suaminya.

*Dikutip dari talkshow "Ceriwis (Ceria Warna Warni Islam)" oleh FSKI FK UNAND, dengan pemateri Ust. Dede Bafaqih, SH dan bintang tamu ketua umum BEM KM FK UNAND sekaligus semua ketua distrik dari angkatan 2010-2013

Jumat, 18 Oktober 2013

Logo untuk IMF ~ Zaza

Catatan Unknown pada 6:01 AM 0 komentar
Logo kosong



Kamis, 17 Oktober 2013

Kaus Kaki

Catatan Unknown pada 11:13 PM 0 komentar

Kosan Samara pagi itu, kesepuluh isinya sibuk mempersiapkan kuliah, bahkan ada yang telah terlebih dahulu berangkat. Aku, Alifa, dan Dya, tiga anak cantik yang kebetulan satu angkatan dan tinggal di kosan yang sama, juga tak kalah sibuknya dengan penghuni lain. Kami hendak berangkat pleno sementara waktu tampaknya tak bersahabat lagi. Sudah mendekati jam 9 am, kami masih huru-hara mondar-mandir kamar-ruang tengah kamar-ruang tengah.
Hingga akhirnya, Dya siap duluan. Aku dan Alifa pun akhirnya menyusul rapi dengan jilbab dan tas di pundak. Kami sudah hendak berangkat ketika kusadari bahwa aku belum mempersiapkan kaus kaki yang akan dikenakan. Segera kulangkahkan kakiku memaskuki kamar, membuka lemari dan mencari kaus kaki. Kupilih satu-satu, mulai dari yang coklat, yang ungu, yang biru, dan matakupun terpaku pada kaus kaki hijau garis-garis. Karena kebetulan saat itu aku menggunakan baju pink dan jilbab kuning, jadi kupikir warna hijau cocok dengan jilbab yang kukenakan.
Segera kusambar kaus kaki hijau itu, dan kubuka lipatannya. Alangkah takjubnya aku sampai-sampai mulut ini tak tahan untuk berteriak, “Kok jadi tiga!!!!!????”
Sepasang kaus kaki yang harusnya hanya terdiri dari 2 buah kaus kaki itu kini menjadi 3. Aku heran, Alif dan Dya pun heran. Begitu juga Kak Sasa yang masih belum berangkat dan saat itu ada di kosan. Kejadian ini benar-benar diluar logika. Bagaimana mungkin kaus kakinya bertambah satu? Apakah kaus kakinya menikah dan punya anak? Apakah ini proses mutasi kaus kaki? Ataukah kaus kakinya mengalami mitosis?
Entahlah, yang kupikirkan saat itu adalah, mungkin di kosan ini ada yang punya kaus kaki persis sama dengan milikku dan aku salah mengambilnya dari jemuran. Tapi, tapi, tapi, setelah bertanya kesana-kemari, kaus kaki yang seperti itu hanya aku yang punya. Tidak ada satupun di kosan ini yang memiliki kaus kaki dengan motif yang sama.
Akhirnya, kuputuskan menulis kisah ini. Ya, misteri belum terungkap, bahkan sampai saat ini, berminggu-minggu setelah kejadian itu berlangsung. Dari manapun asalnya kaus kaki ketiga itu, kuputuskan untuk bertawakkal, menyerahkan semuanya pada Allah...


[Kisah nyata yang sangat aneh dan diluar logika.]

Rabu, 16 Oktober 2013

Do'a Mali

Catatan Unknown pada 10:43 PM 2 komentar
Cerpen ini dimuat di http://www.lokerseni.web.id Juli 2013 lalu. Padahal cerpennya agak ga nyambung gitu sih, hihihi...


Doa Mali
DOA MALI
Karya Intan Ekaverta

Langit sore tampak mendung. Awan-awan yang menggumpal gelap berjalan pelan diantara angin. Pepohonan pun tak hendak kalah, biar tak kuasa berpindah namun dedaunannya melambai terjang, seolah sekuat tenaga mengejar jalannya awan. Burung-burubg yang biasanya kerap menghiasi cerah langit sore pun kini tak satupun tampak, entah kemana bersembunyi.

Tik... kurasakan ada yang menetes dipipiku. Aku menengadah, tampaknya gumpalan awan mulai tak sanggup menahan beban. Walau hanya setetes yang jatuh, kupercepat langkahku memasuki salah satu gang di perumahan. Jangan sampai tetes-tetes lain yang akan menyusul membasahi jilbab putih dan seragam putih abu-abuku yang harus kembali dipakai esok hari.

Semakin mendekati rumah, semakin ramai tetes-tetes hujan turun ke bumi. Dua rumah lagi adalah rumahku, sedikit lagi, sabarlah hujan. Aku bergegas. Namun hidungku bergidik seketika. Ada bebauan yang mampir, menggelitik tiap dinding hidung dan trakeaku. Saat itu pula mataku menangkap seorang pria dengan topi cowboy, celana sebetis, dan baju kaos orange yang khas. Aku mengerinyitkan dahi, orang itu, kenapa sore-sore ada di depan rumahku? Bukankah biasanya dia bekerja dipagi hari dan selesai sebelum matahari menjilat sedap di siang bolong.

Benar saja aku mengenalnya. Ia adalah salah satu orang eksis di perumahan ini. Bagaimana tidak, setiap hari dengan gerobak usangnya ia mengangkut sampah dari rumah-rumah untuk dibawa ke ujung jalan besar yang kemudian akan diangkut truk sampah. Konon kata para tetua disini, profesi ini telah digandrunginya sejak usianya masih belasan tahun, itulah sebabnya warga terbiasa memanggilnya tanpa sebutan Bapak walau sekarang ia bukan lagi seorang remaja. Tantunya dari wajah kotor dan hitamnya dapat diprediksi bahwa ia kini sudah kepala empat.

Ya, dia Mali. Mali, dengan nama itulah orang-orang perumahan mengenalnya.
Dengan menahan bebauan, kumasuki rumah tanpa sedikitpun terinspirasi untuk berbasa-basi menyapa Mali. Sementara itu hidungku yang bertanya-tanya tentang bebauan mendapatkan jawabnya. Bau itu berasal dari gerobak Mali yang tepat terparkir di depan pagar sepinggang di depan rumahku yang jauhnya hanya semeter dari pintu utama.
Hujan mulai turun. Awalnya hanya gerimis, lalu perlahan semakin deras, dan semakin deras.
***

Petir berseling-seling menyambar sementara angin bertiup semakin dingin. Rintik hujan diluar mulai lebat, mendendang di genting rumahku. Aku baru saja selesai mandi dan berganti pakaian ketika kulihat di meja makan ibu sedang menuangkan mie instan yang telah matang ke piring. Ini dia momen yang paling kutunggu setiap hujan lebat tiba. Sudah jadi kebiasaan aku dan ibu menikmati mi kuah hangat sembari membuka pintu ruang tamu lebar-lebar dan memandangi hujan sore diselanya. Terkadang menyakitkan juga mengingat hal-hal seperti ini hanya dapat kulakukan berdua dengan ibu. Namun apa boleh dikata, ayah telah dipanggil sejak dua tahun lalu.
Dengan semangat, kuambil baki dan kuletakkan dua piring mie di atasnya. Lalu kulangkahkan kakiku riang ke ruang tamu. Sementara ibu membawa dua gelas susu hangat ditangan kiri dan kanannya mengikuti langkahku ke ruang tamu.

Tapi, sesuatu menghentikan langkahku begitu membuka tirai yang memisahkan ruang tamu dan ruang belakang rumah mungilku. Hidungku kembali mendapat sinyal buruk, seketika aku teringat akan Mali, mungkinkah ia dan gerobak sampahnya yang bau masih bertandang di depan rumahku? Kuletakkan baki di atas boofet dan kubuka tirai sambil mengintip keluar. Dan benar, Mali masih disana, dengan sekuat tenaga menahan gerobak sampah dipinggul kanan yang dimiringkan sementara tangannya memutar-mutar roda gerobak yang rusak

Aku memelas, ternyata gerobak Mali rusak dan sepertinya ia butuh waktu lama untuk memperbaiki gerobaknya. Sementara itu, baunya akan tetap masuk ke ruang tamuku yang artinya, aku dan ibu tidak bisa menikmati mie bersamaan dengan menikmati hujan. Ibu hanya tersenyum seakan-akan menyurhku bersabar dan menyuruhku membawa baki kembali ke meja makan di belakang. Kami tetap menghabiskannya dengan ceria.
***

Azan maghrib berkumandang. Biasanya aku dan ibu akan berangkat ke mesjid yang tidak jauh dari rumah. Tapi hujan turun mulai lebat sehingga kami putuskan untuk sholat berjamaah di rumah saja. Seusai sholat, aku membaca satu halaman ayat suci al-Qur’an. Setelah itu kuambil buku-bukuku dan membawanya ke ruang tamu. Ya, disanalah aku terbiasa menyelesaikan tugas-tugas sekolahku karena cahaya lampu di ruang tamu adalah yang paling terang di rumah mungil ini. Dan yang menjadi favoritku adalah sofa dan meja tamu, membuatku merasa lebih santai saat belajar.

Namun, lagi-lagi, begitu aku melangkah ke ruang tamu, lagi-lagi pula hidungku mendapatkan sinyal buruk. Pasti Mali. Aku beringsut kesal, menghentak ke belakang dan mengadukannya pada ibu. Ibu segera memasang jilbabnya dan membuka pintu depan, memeriksa mengapa Mali tak jua beranjak dari depan rumah. Aku mengikuti ibu dan mengintai dari pintu. Dalam hati, berharap ibu mengusir Mali pergi dari depan rumah kami. Tapi tak mungkin ibu melakukan hal semacam itu. Toh buktinya ibu masih saja berbicara dengan lantunan suaranya yang lembut saat bertanya pada Mali.
“Ini Bu, jari-jari rodanya hancur, maklum sudah lama. Tadi Pak RT sudah belikan yang baru tapi roda yang lama keras sekali, ngga bisa lepas. Jdi belum bisa diganti.” Jawab Mali nyengir.
“Lepasnya jangan pakai tangan aja. Pakai obeng atau apa gitu.” Saran ibu.
“Udah dicoba Bu, tapi ngga mutar. Karatan soalnya.”
“Ngga dibawa ke bengkel aja?”
“Berat loh Bu. Lagian tadi pas magrib saya periksa bengkelnya sudah tutup.”
Ibu cukup lama bercakap-cakap dengan Mali hingga akhirnya ibu masuk rumah dan menyarankan kepadaku untuk belajar di kamar. Dengan sedikit kecewa aku memasuki kamar dan menggunakan meja belajar yang sebelumnya nyaris tak pernah kugunakan selain untuk meletakkan barang-barang. Dalam hati aku menggerutu, mengapa Mali harus memperbaiki roda gerobaknya di depan rumahku. Sementara itu, hujan semakin deras dan semakin deras.
***

“Nadia, bangun, Nak. Sebentar lagi subuh.” Kurasakan ibu membelai kepalaku lembut. Aku berusaha bangun walau kurasakan mataku begitu berat.
“Udah mau ke mesjid, Bu?” tanyaku sambil mengucek mata.
“Masih hujan, Nak. Kita solat subuh jamaah di rumah aja deh sepertinya.” Jawab ibu.
Kupasang kuat telingaku, memang, masih terdengar suara hujan menggelitik atap rumah walau tak sederas tadi malam. Lama sekali hujan mengguyur bumi. Tapi, itulah rahmat yang diturunkan Allah yang patut disyukuri.

Azan subuh berkumandang, aku dan ibu segera sholat berjamaah. Entah mengapa, setelah salam kedua, aku tiba-tiba teringat Mali. Belum lagi lepas mukenahku seusai sholat, aku beranjak ke ruang tamu, hidungku lagi-lagi mendapatkan sinyal. Kubuka sedikit tirai, dan kulihat ke luar. Rintik hujan masih turun dan gerobak Mali masih disana. Kukerinyitkan dahiku sekuat-kuatnya. Sadarkah Mali bahwa bebauan dari gerobak sampahnya itu bau? Atau hidungnya sudah tidak bisa lagi membedakan mana yang bau dan mana yang wangi.

Ibu tiba-tiba datang, menepuk bahuku dan ikut mengintip keluar. Namun, benar-benar aneh, bukan umpatan yang keluar dari mulut ibu, sebagaimana yang kuucap berkali-kali dalam hatiku akan tukang sampah itu. Melainkan, “Subhanallah...”
Aku menganga heran, “Kenapa, Bu?”
Ibu mengangkat telunjuknya, menunjuk ke satu arah yang berlawanan dengan letak gerobak Mali. Aku mengikuti arahnya dan dengan mata kepalaku kulihat Mali sedang bersujud khusyu menghadapkan dirinya ke arah kiblat di aspal yang basah, dibawah deras hujan yang turun semalaman.

Hatiku seketika mengerucut. Ada hal yang tiba-tiba mengganjal kuat, membekaskan perasaan sesal, salut, dan simpati. Pantaskah semalam aku kesal pada Mali karena bebauan yang ditimbulkan gerobaknya? Bukan salahnya jika gerobak itu sudah reot, toh dia tidak mungkin punya uang untuk membeli yang baru. Lagipula, sebenarnya gerobak itu bukan hanya menjadi tanggung jawab Mali seorang, tapi tanggung jawab semua warga yang sampah di rumahnya dibantu dibuangkan oleh Mali. Namun selama ini, hanya Pak RT yang rutin memperhatikan keadaan Mali. Warga lain tampak acuh, hanya menikmati keringat Mali tanpa mau tahu apa saja yang dialaminya.

Aku terus memandang Mali, memandang gerakan-gerakan sholatnya yang tenang. Tangannya mulai ditengadahkan ke atas, begitu juga kepalanya tampak memandang gemuruh langit. Setelah itu ia beranjak dan kembali ke gerobaknya. Tampaknya roda lama telah berhasil dilepaskan dan ia mulai memasang roda baru. Pastilah perjuangannya semalaman begitu berat, menahan dingin dan hujan sementara ia harus mengerahkan seluruh energinya.
***

Seragamku talah terpakai rapi. Perutku pun telah hangat oleh segelas susu. Aku mengambil sepatu, memakainya dan melangkah keluar. Hujan telah reda, mentari pagi pun bersinar cerah. Di ujung langit tampak pelangi menggantung indah.
“Pergi sekolah, Neng?” suara parau terdengar menyapa.
Aku menoleh, melihat Mali tersenyum padaku. Seketika aku balas senyum dan menjawab, “Iya.”
Tampaknya Mali telah sukses mengganti roda gerobaknya.
“Kelas berapa, Neng? “ tanya Mali lagi.
“Masih kelas satu SMA.” Jawabku.
“Wah, beruntung Neng bisa sekolah. Rajin-rajin belajar, atuh. Kalau boleh tahu cita-citanya apa Neng?”
Aku sedikit risih, namun mengingat kejadian subuh tadi aku tetap menjawab dengan ramah, “Pengen jadi dokter, sih.” Dalam hati kutambahkan, kalau nantinya ibu punya uang cukup.
“Wah, bagus itu, Neng. Saya doakan cita-citanya tercapai ya, Neng. Kalau jadi mahasiswa kedokteran nanti jangan sombong sama saya.”
Aku tertawa kecil, dibuat-buat, sekedar basa basi, dan segera pamit pergi sebelum Mali menemukan pertanyaan baru yang dapat menahanku melangkah ke sekolah.
***

Itu terakhir kalinya. Ya, terakhir kalinya aku melihat Mali. Sejak pagi itu, Mali tidak pernah kembali untuk membereskan sampah lagi. Beberapa hari sampah di depan tiap pagar rumah menumpuk, menyebar bau tak sedap di sela-sela peruamahan. Warga hanya dapat mengumpat, menggunjing, atau ada juga yang berinisiatif melapor pada Pak RT. Sementara Mali tak kunjung tiba.
Entah kemana ia, sementara satupun warga tidak ada yang tahu tempat tinggalnya dimana. Hingga setelah dua minggu berlalu, Mali digantikan oleh orang lain. Tukang sampah yang baru, seorang wanita yang selalu mengumpat tiap bekerja.
***

Aku kembali membolak-balik buku Sobotta yang kupinjam dari perpustakaan sebelum memasuki ruang anatomi, tempat kadaver-kadaver terlelap menantikan siapa saja yang hendak mempelajari tubuhnya. Jas putih panjang untuk memasuki laboratorium berlambangkan Fakultas Kedokteran telah terpasang rapi ditubuhku.
“Nadia, ayo masuk.” Ajak Dila, teman sejawatku.
Aku berdiri, memasukkan Sobotta ke dalam tas dan kuraih handscone dari kantong jas laboratorium, lalu kulangkahkan kakiku memasuki ruang anatomi. Bau formalin seketika menyergap masuk ke hidungku. Ini yang kedua kalinya aku memasuki ruangan ini, setelah minggu lalu mengamati jantung yang telah dipisahkan dari tubuh empunyanya, entah milih siapa. Kali ini kami akan mempelajari susunan pembuluh darah. Karena itu, perlu mayat yang masih utuh organ-organnya dari kepala sampai kaki.

Setelah mendapat pengarahan, kami dibagi atas beberapa kelompok dan masing-masing kelompok mendapatkan satu mayat. Aku dan kelompokku menghampiri mayat paling ujung, yang masih tertutup kain putih. Temanku segera menyibak kain tersebut sehingga terlihatlah tubuh yang bagian perutnya telah terbelah. Kulit-kulit dan ototnya telah dibuka sedemikian rupa sehingga terlihatlah pembuluh-pembuluh darah yang telah hitam.

Aku memperhatikan mayat itu dari ujung kakinya, terus naik, hingga sampai wajahnya. Tapi aneh, wajah ini rasanya tidak asing lagi. Seakan-akan aku mengenalnya. Terus kuperhatikan wajah itu, berpikir keras, benarkah aku pernah melihat wajah ini sebelumnya?

Seketika pikirku melintas kemasa lampau, ke masa dimana hujan lebat turun membasahi perumahan. Dimana bebauan busuk dari sebuah gerobak sampah memasuki ruang tamuku, menghambat beberapa aktivitas yang kerap kulakukan disana. Malam itu, seorang tukang sampah mengerahkan seluruh tenaganya memperbaiki gerobak tanpa satupun warga berinisiatif memberi bantuan. Hingga pagi menjelang, saat pelangi menggantung, beliau menyapaku, mendoakan agar cita-citaku tercapai dan berpesan, jangan sampai aku sombong padanya.

Aku terus memandang wajah itu. Kuingat lagi, betapa senagnya ketika aku bisa lulus di Fakultas Kedokteran dengan beasiswa penuh. Sedikitpun aku tidak ingat saat itu, akan siapa yang pernah mendoakanku. Bahkan aku tidak memikirkan, benarkah doa dan usahaku yang bukan apa-apa yang diijabah oleh Allah ataukah doa orang lain yang menghadapi hidupnya penuh keikhlasan.

Air mataku tiba-tiba menetes. Tubuhku tiba-tiba kaku, aku merunduk dalam, sementara teman-teman lain mulai sibuk mengamati letak-letak pembuluh darah dan mengacuhkan reaksiku. Sejenak aku tidak yakin ini adalah Mali. Setahuku di Indonesia, kalaupun ada mayat tanpa identitas akan dikuburkan dalam jangka waktu tujuh hari. Kecuali mayat orang yang sebelumnya mewasiatkan dirinya untuk dunia pendidikan atau keluarganya merelakan tubuh mayat tersebut diobrak-abrik.
Entahlah, aku tak habis pikir. Yang jelas, wajah di depanku ini seolah-olah sedang menyapaku dan menanyakan kabarku.
“Nadia, kenapa?” tanya Dila, sepertinya menangkap gelagat anehku.
Aku tersenyum dan menggeleng, lalu membual, “Ga tahan bau formalin,” dan kulangkahkan kakiku maju menuju Mali yang terlelap. Mulai kususuri pembuluh darahnya dengan hati-hati, karena begitulah harusnya orang yang selalu berjasa dan ikhlas sepanjang hidup bahkan matinya ini diperlakukan.

Aku menarik napas dalam dan menghembuskannya kuat. Mali... lirihku. Tubuh itu kaku, tak menjawab, dan tak mungkin akan menjawab. Namun aku tahu, dari wajahnya yang kotor dan hitam, ia tersenyum tulus padaku, memaafkan karena aku lupa dan sombong padanya. Karena dihatinya selalu ada keikhlasan.
***

PROFIL PENULIS
Nama : Intan Ekaverta
Email : semangatmaroon@ymail.com
FB : https://www.facebook.com/verta.firebender

Mahasiswa tingkat 1 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang

Baca juga Cerpen Pendidikan dan Cerpen Islam yang lainnya.




Selasa, 15 Oktober 2013

Dua botol minuman Mineral

Catatan Unknown pada 4:37 PM 0 komentar

Pada sebuah meja terdapatlah dua botol minuman mineral. Anggap saja botol A dan botol B. Botol A terisi penuh oleh air dan botol B kosong. Jika kita ingin memindahkan air dari botol A ke botol B, apa yang dapat dilakukan?

Maka mulailah dengan membuka tutup botol A, lalu buka pula tutup botol B. Setelah itu, dekatkan moncong botol A ke botol B. Mulailah pindahkan air perlahan-lahan. Jangan tanggung-tanggung, pindahkan semuanya. Terakhir, tutup kembali dan letakkan dengan rapi.

Simple sekali. Hanya memindahkah air dari botol yang satu ke botol yang lain. Namun, semudah itukah ketika proses sedemikian kita ambil sebagai contoh dan diterapkan?

Baiklah teman, mungkin masih ada yang bingung sebenarnya apa sih maksud dari pemindahan air ini. Proses memindahkan air yang saya maksud adalah proses memberikan ilmu. Baik itu dalam agenda dakwah, belajar-mengajar, nasihat, sharing, mendidik adik, dan ribuan kegiatan lainnya yang serupa.

Ketika hendak memberikan ilmu ke orang lain, terlebih dahulu bukalah tutup yang ada pada diri Si Pemberi Ilmu atau botol A. Jika tutup tidak dibuka, ilmu tersebut tidak akan bisa berpindah. Maka bukalah semua jerat, hilangkan kesombongan, hilangkan ketidak ikhlasan, hilangkan rasa ingin dikenal, hilangkan rasa ingin mendapat pujian, hilangkan rasa ingin dibalas.

Kemudian, buka dulu tutup yang ada pada orang yang hendak diberikan ilmu atau botol B. Hal ini berarti, mulailah dari orang yang memang sudah terbuka atau bisa membuka diri terhadap ilmu yang diberikan. Untuk yang belum terbuka, tunggulah sampai terbuka dengan memberi dahulu keteladanan dan cinta. Jika kita ada diposisi botol B, jadikanlah diri kita sebagai botol yang kritis, #eeh... Membuka pada botol lain yang berisi air jernih dan menutup pada botol lain yang berisi air keruh. Maka hilangkanlah segala suudzon pada orang yang hendak memindahkan ilmunya. Jika beliau seorang guru, jangan sampai terbesit untuk membencinya se-killer apaun ia. Jangan beliau seorang teman atau lebih kecil umurnya dari kita, jangan ada anggapan bahwa kita lebih baik darinya. Jika yang memberi ilmu pun bukanlah orang yang pantas dijadikan teladan, selama ilmu yang diberikannya kita yakini baik maka terimalah dengan lapang.

Setelah kedua tutup terbuka, mulailah botol A moncongnya didekatkan dengan botol B dan masukkan air perlahan-lahan. Mengapa harus dekat? Karena kalau tidak begitu, belum tentu air yang akan ditumpahkan masuk seluruhnya ke dalam botol. Maka ketika posisi kita ada dibotol A, dekatkanlah diri kita pada orang yang akan kita beri ilmu dengan cinta. Lakukan semacam PDKT. Bina ia, didik ia, sayangi ia, doakan ia, perlakukan ia dengan baik. Karena jika tidak begitu, ilmu yang kita berikan bisa saja tumpah. Jika disini posisi kita ada di botol B, maka kita juga harus aktif mendekatkan diri pada botol A. Jangan sampai ketika kita tidak dekat, terjadi miss understanding atau semacamnya sehingga ilmu yang diberikan botol A tidak sampai ke kita. Rajinlah bertanya dan memberi tanggapan.

Dan mengapa harus perlahan-lahan? Tentunya jika tidak begitu akan sulit bagi botol B untuk menerima air yang ada. Bisa saja air tumpah. Atau botol B menjadi oleng dan jatuh sehingga air yang telah masuk berserak dan tak berguna lagi.

Terakhir, jangan tanggung-tanggung, penuhi botol B dengan air. Jika botol B volumenya lebih besar atau sama besar, masukkan semua air yang ada. Jika botol B volumenya lebih kecil, masukkan secukupnya hingga ia penuh. Botol A jangan takut airnya habis, karena jika itu benar-benar ilmu, sesungguhnya ilmu itu tidak akan habis. Justru itu artinya ilmu itu sudah lengket dan sudah tercipta space baru untuk menerima ilmu yang lain. Untuk botol B, jangan setengah-setengah dalam menimba ilmunya. Mintalah semua ilmu itu diberikan agar dilain waktu, botol B juga bisa memberikan ilmu pada botol-botol yang lainnya.

Semangat berbagi!
Semangat saling memperbaiki!
^___^

Catatan ini diambil dari sebuah taujihat yang disampaikan seorang senior.

Hijab Pergaulan

Catatan Unknown pada 4:26 PM 0 komentar

Hijab dalam bahasa arab berarti penghalang. Hijab bisa jadi pakaian yang menghalangi orang lain (non-mahrom) dari melihat aurat seseorang, bisa juga sebagai pembatas antara laki-laki dan perempuan. 

Pada dasarnya, keduanya sama-sama penghalang dari terjadinya dosa dan maksiat. Dalam catatan kali ini akan dibahas hijab dalam pergaulan.

Cara bergaul antara laki-laki dan perempuan telah diatur pula oleh Islam. Tak lain dan tak bukan bertujuan untuk keselarasan kehidupan sekaligus menghindari maksiat. Oleh karena itu, sebagai umat Islam, alangkah pentingnya bagi kita untuk mengetahui dan menerapkan etika-etika pergaulan dalam Islam.

Pertama, jangan mendekati zina. Sudah termaktub jelas dalam Al-Isra' ayat 32 mengenai hal ini. Larangan mendekati zina lebih mengena dibanding larangan berbuat zina itu sendiri. Karena dalam larangan mendekati zina tercantum semua larangan yang mengarah pada perbuatan keji tersebut. Mendekati zina ini dapat terjadi pada mata dengan meihat, pada tangan dengan menyentuh, pada kaki dengan mendekati. Karena itulah, hendaknya sebagai kaum muslim yang baik kita diarahkan untuk menjaga pandangan, tidak menyentuh lawan jenis, dan menutup aurat. Namun, jika suatu saat terjadi hal yang darurat sehingga dengan terpaksa seseorang menyentuh yang bukan mahrom nya, maka itupun menjadi alasan syar'i diperbolehkannya bersentuhan. Menjaga pandangan bukan berarti pula sama sekali tidak melihat. Terlihat dan memandang itu beda lho artinya.

Kedua tidak berkhalwat. Apa itu khalwat? Khalwat adalah berdua-duaan antara laki-laki dan perempuan yang non mahrom. Dalam hal ini komunikasi dalam bentuk apapun tanpa kehadiran orang ketiga syar'i dan alasan yang syar'i, maka patutnya dihindari. Orang ketiga syar'i itu sendiri merupakan muslim/ah yang baligh dan berakal. 

Nah, sekarang kita lihat realita orang pacaran. Apakah ketika mojok mereka mengikutsertakan orang ketiga syar'i? Apakah alasan pacarannya syar'i? Dan apakah dalam menjalani masa pacaran disertai dengan menjaga pandangan, tidak saling bersentuhan, dan menutup aurat?

Ketiga Tidak berikhtilat. Ikhtilat tidak jauh beda dengan khalwat. Ikhtilat merupakan bercampur baurnya laki-laki dan perempuan yang non mahrom, lebih dari dua orang, dalam suatu tempat. Terus, kuliah apakah termasuk ikhtilat? Ya, kuliah juga ikhtilat. Namun, kita telah terlahir dalam keadaan yang memang tidak ada hijab dengan baik. Antara laki-laki dan perempuan tidak dipisahkan (seperti di negara arab atau di pesantren-pesantren). Karena itu, bukan masalah ikhtilat ketika kuliah. Jikalaupun kita berdosa karena itu, maka istighfar dan hantam dengan amalan-amalan sunnah yang banyak. Nah, maka karena itu pula sangat penting untuk membentuk hijab hati.

Senin, 14 Oktober 2013

Save Egypt, Dimana Nurani?

Catatan Unknown pada 11:30 PM 0 komentar
Salah satu tulisan yang umat Muslim wajib baca!!!

Tentunya bukan hal asing lagi ditelinga kita tentang prahara yang menimpa saudara-saudara kita di Mesir. Kebetulan, saya mendapat sebuah tulisankeren dari selebaran yang dibagikan di kampus. Jadi, mengapa kita harus capek-capek menyuarakan keadilan di negara orang??? Mengapa kita harus ikut-ikutan mengurusi negeri orang padahal negri sendiri saja masih hancur seperti sekarang?

Check it out! You'll fill the 'shock'!!






R4bia, Arti Simbol 4 Jari

Catatan Unknown pada 11:26 PM 0 komentar

Di jejaring sosial twitter, facebook dan juga profil picture di BlackBerry Messenger, Whatsapp ataupun Yahoo! Messenger simbol ini sudah massif dipakai. Mungkin ada yang bertanya-tanya mengapa orang ramai menggunakan default picture (DP) facebook atau jejaring sosial lainnya menggunakan simbol 4 jari seperti di bawah ini dan hashtag #R4BIA? Apakah R4BIA itu ? Berikut sedikit penjelasan singkat mengenai makna dari simbol tersebut:


1. Dalam bahasa Arab, Rabi’ah/arba’ah artinya Empat . Rab’ah (angka 4) dijadikan sebagai simbol keteguhan , kekuatan , perlawanan dan persatuan untuk seluruh dunia yang mencintai kebebasan.
2. Simbol 4 jari sebagai simbol untuk mengenang markas demonstran Pro Mursi di Rabi’ah yang telah dihancurkan oleh tentara junta . Simbol 4 jari untuk menunjuk ikon Rabi’ah.
3. Di Mesir kebanyakan tempat atau daerah menggunakan istilah nomor dan mereka menggunakan simbol isyarat jari dalam keseharian. Sebagai contoh Hayyu Asyir (Daerah 10) , Hayyu Sabiek (Daerah 7) biasanya menggunakan simbol peace V, Hayyu Sadis (Daerah 6), Hayyu Thamin (Daerah biasanya menggunakan simbol atau isyarat V terbalik dan lain sebagaianya.
4. Seperti dijelaskan diatas, simbol 4 jari ini telah diluncurkan oleh Perdana Menteri Turki , Recep Tayip Erdogan mulai Sabtu (17/8/ 2013) setelah mengecam keras pembantaian yang dilakukan tentera junta Mesir yang terjadi pada hari Jumat dan Sabtu di Ramses Square dan Masjid Fatih yang dikepung tentara junta.
5. Tujuan avatar simbol #R4BIA dipakai oleh pendukung Morsi di media sosial seperti facebook dan twitter sebagai bentuk solidaritas dan kepedulian terhadap apa yang terjadi di Mesir . Selain itu bisa juga untuk menggugah kesadaran masyarakat umum mengenai krisis kemanusiaan yang terjadi di Mesir sekarang ini.


Bagi yang cinta kedamaian, tunjukkan empat jarimu!!! #SaveEgypt

Az-Zahrawi, Bapak Ilmu Bedah Modern Dunia

Catatan Unknown pada 1:04 PM 0 komentar

750 M – 1258 M, para filusuf, insinyur, dan ilmuwan Islam menyumbangkan banyak kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Salah satunya dalam bidang kedokteran. Para ilmuwan Islam mempelajari naskah-naskah kedokteran Yunani karya Gallen dan Hippocrates
yang saat itu dipandang jelek di Eropa, kemudian mengembangkannya sehingga terbentuk penemuan dan pengetahuan baru. Ilmuwan Islam juga menjadikan naskah-naskah yang inkosisten tersebut menjadi lebih sistematis dengan membuat ikhtisar dan ensiklopedi.
Salah satu ilmuwan yang mengembangkan kedokteran saat itu adalah Abul Qasim Khalaf Ibnu Al-Abbas Az-Zahrawi yang merupakan keturunan Kaum Anshor Madinah. Beliau merupakah ahli bedah yang lahir pada tahun 936 M di El-Zahra, sebuah kota yang terletak 9,6 km dari Cordoba, Andalusia (Spanyol). Orang Eropa lebih akrab mangenalnya dengan sebutan Abulcasis. Terobosannya dalam dunia kedokteran, khususnya ilmu bedah, sangat luar biasa. Pisau bedah, tang, gunting halus untuk mata, perban, dan lebih dari 200 alat bedah lainnya merupakan penemuan dari dokter kerajaan pada Kekhalifahan Umayyah ini. Selain itu, beliau juga penggagas penggunaan catgut sebagai benang jahit yang dapat larut secara alami dalam tubuh, forceps untuk menarik janin mati, gips pada tulang, dan kapas sebagai penghenti perdarahan. Alat-alat kosmetika seperti deodorant, lotion, dan pewarna rambut juga merupakan hasil penemuan beliau.
Az-Zahrawi merupakan orang pertama yang melakukan bedah plastik. Selain bedah pelastik, beliau juga menemukan prosedur operasi pada penderita hidrosefalus dan ginekomastia. Hemofilia sebagai penyakit keturunan, merupakan teori yang pertama kali dideskripsikan oleh beliau. Hal inilah yang akhirnya membuat beliau dinobatkan sebagai “Bapak Ilmu Bedah Modern Dunia”.
Dalam pengabdiannya terhadap ilmu kedokteran, Az-Zahrawi menulis sebuah buku berjudul At-Tasrif yang deselesaikan pada tahun 1000 M. Dalam buku yang terdiri dari 30 jilid itu dikupas tuntas berbagai bidang ilmu kedokteran. Antara lain ilmu bedah, opthalmologi, ortopedi, nutrisi, farmakologi, kedokteran secara umum, dan lainnya. Buku tersebut disusun dengan lugas dan rinci sehingga mudah dipahami. Tidak heran jika buku emasnya ini dijadikan sebagai buku ajar dalam pendidikan kedokteran 5 abad lamanya. Buku ini pun banyak menjadi rujukan dalam tulisan-tulisan ahli kesehatan generasi selanjutnya.
At-Tasrif bukan hanya berisi pengembangan ilmu kedokteran secara klinis, tapi juga kode etik kedokteran. Didalamnya tertulis tentang hubungan baik dokter-pasien dan penekanan pentingnya untuk tidak membeda-bedakan status sosial pasien. Baginya, profesi dokter bukan sekedar sarana meraup keuntungan melainkan untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Untuk itulah bagi beliau sangat penting mendapatkan diagnosis yang akurat dari setiap kasus yang dihadapinya.
Jika kebanyakan ilmuwan menggunakan sebagian waktu dari kehidupannya untuk mengunjungi belahan lain dari dunia, Az-Zahrawi merupakan ilmuwan yang setia menetap di tanah airnya untuk mengabdi dan mengobati  korban kecelakaan dan perang. Beliau juga aktif mengembangkan ilmu kedokteran dengan mengajar. Sebagai seorang guru besar, Az-Zahrawi dikenal sangat peduli terhadap kesejahteraan para siswanya.
Dua tahun setelah tanah airnya dijarah dan dihancurkan, yaitu tahun 1030 M, Az-Zahrawi akhirnya tutup usia di Cordoba. Sekarang, Cordoba memang bukan lagi kota umat Islam, tapi nama Az-Zahrawi masih diabadikan sebagai nama salah satu jalan di Cordoba, yaitu ‘Calle Abilcasis’ yang mana dulunya di jalan itu terdapat rumah tempat Az-Zahrawi tinggal. Kini, rumah tersebut telah ditata menjadi cagar budaya yang dilindungi oleh Badan Kepariwisataan Spanyol.

Kepustakaan:






dan sumber-sumber lainnya~

Jumat, 04 Oktober 2013

3 Potensi Dasar Manusia

Catatan Unknown pada 8:58 AM 0 komentar

Manusia, atau dalam bahasa arab disebut dengan Al-Insaan, merupakan makhluk ciptaan Allah yang terbuat dari dua unsur, yaitu tanah dan ruh. Sebagai makhluk, manusia merupakan makhluk yang lemah, bodoh jika tidak mendapat hidayah Allah swt, faqir akan rezeki dan hidayah-Nya, juga berada dalam fitrah. 
Namun, manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang mempunyai potensi besar. Karena itulah manusia dimuliakan dan diberi tugas untuk beribadah dan sebagai khalifah di bumi ini. Untuk itu, manusia dapat menjadi amanah ataupun khianat. Tergantung sikap mana yang akan dipilih oleh indivual manusia itu sendiri. Namun, perlu diingat, apapun yang nantinya jadi pilihan bagi manusia itu sendiri akan mendapat balasan nantinya. Tentunya yang baik akan dibalas baik dan yang buruk akan dibalas buruk.

Karena itulah manusia diberikan 3 potensi dasar yang apabila ketiganya digunakan dengan baik maka manusia akan terlepas dari kebodohan, kesia-siaan, dan dapat melejitkan potensi yang dimilikinya dalam kebaikan.

  1. Hati. Dalam bahasa arab, hati disebut juga Al-Qulub. Adapula yang menafsirkannya sebagai jantung. Al-Qulub sendiri berasal dari kata yang berarti bolak-balik. Karena itulah hati manusia cendrung untuk berubah-ubah. Maka karena itu sangat perlu bagi kita untuk menjaga fluktuasi hati agar selalu dalam kondisi yang baik.
  2. Akal. Dengan akal, manusia dapat menimba ilmu dan berfikir cemerlang. Itulah sebabnya manusia diberikan beban syari'ah.
  3. Jasad. Manusia merupakan makhluk yang diberi sebaik-baik jasad. Dengan jasad yang kita miliki kita dapat bekerja dan mewujudkan kebaikan-kebaikan dari hati dan akal kita.
 

Se-kepinghati | Powered by Blogger
Blogged by Intan Evrt | Blogger Template by Se-kepinghati Corporation