Kamis, 17 Oktober 2013

Kaus Kaki

Catatan Unknown pada 11:13 PM

Kosan Samara pagi itu, kesepuluh isinya sibuk mempersiapkan kuliah, bahkan ada yang telah terlebih dahulu berangkat. Aku, Alifa, dan Dya, tiga anak cantik yang kebetulan satu angkatan dan tinggal di kosan yang sama, juga tak kalah sibuknya dengan penghuni lain. Kami hendak berangkat pleno sementara waktu tampaknya tak bersahabat lagi. Sudah mendekati jam 9 am, kami masih huru-hara mondar-mandir kamar-ruang tengah kamar-ruang tengah.
Hingga akhirnya, Dya siap duluan. Aku dan Alifa pun akhirnya menyusul rapi dengan jilbab dan tas di pundak. Kami sudah hendak berangkat ketika kusadari bahwa aku belum mempersiapkan kaus kaki yang akan dikenakan. Segera kulangkahkan kakiku memaskuki kamar, membuka lemari dan mencari kaus kaki. Kupilih satu-satu, mulai dari yang coklat, yang ungu, yang biru, dan matakupun terpaku pada kaus kaki hijau garis-garis. Karena kebetulan saat itu aku menggunakan baju pink dan jilbab kuning, jadi kupikir warna hijau cocok dengan jilbab yang kukenakan.
Segera kusambar kaus kaki hijau itu, dan kubuka lipatannya. Alangkah takjubnya aku sampai-sampai mulut ini tak tahan untuk berteriak, “Kok jadi tiga!!!!!????”
Sepasang kaus kaki yang harusnya hanya terdiri dari 2 buah kaus kaki itu kini menjadi 3. Aku heran, Alif dan Dya pun heran. Begitu juga Kak Sasa yang masih belum berangkat dan saat itu ada di kosan. Kejadian ini benar-benar diluar logika. Bagaimana mungkin kaus kakinya bertambah satu? Apakah kaus kakinya menikah dan punya anak? Apakah ini proses mutasi kaus kaki? Ataukah kaus kakinya mengalami mitosis?
Entahlah, yang kupikirkan saat itu adalah, mungkin di kosan ini ada yang punya kaus kaki persis sama dengan milikku dan aku salah mengambilnya dari jemuran. Tapi, tapi, tapi, setelah bertanya kesana-kemari, kaus kaki yang seperti itu hanya aku yang punya. Tidak ada satupun di kosan ini yang memiliki kaus kaki dengan motif yang sama.
Akhirnya, kuputuskan menulis kisah ini. Ya, misteri belum terungkap, bahkan sampai saat ini, berminggu-minggu setelah kejadian itu berlangsung. Dari manapun asalnya kaus kaki ketiga itu, kuputuskan untuk bertawakkal, menyerahkan semuanya pada Allah...


[Kisah nyata yang sangat aneh dan diluar logika.]

0 komentar:

Posting Komentar

 

Se-kepinghati | Powered by Blogger
Blogged by Intan Evrt | Blogger Template by Se-kepinghati Corporation