Pada sebuah meja terdapatlah dua botol minuman mineral. Anggap saja botol A dan botol B. Botol A terisi penuh oleh air dan botol B kosong. Jika kita ingin memindahkan air dari botol A ke botol B, apa yang dapat dilakukan?
Maka mulailah dengan membuka tutup botol A, lalu buka pula tutup botol B. Setelah itu, dekatkan moncong botol A ke botol B. Mulailah pindahkan air perlahan-lahan. Jangan tanggung-tanggung, pindahkan semuanya. Terakhir, tutup kembali dan letakkan dengan rapi.
Simple sekali. Hanya memindahkah air dari botol yang satu ke botol yang lain. Namun, semudah itukah ketika proses sedemikian kita ambil sebagai contoh dan diterapkan?
Baiklah teman, mungkin masih ada yang bingung sebenarnya apa sih maksud dari pemindahan air ini. Proses memindahkan air yang saya maksud adalah proses memberikan ilmu. Baik itu dalam agenda dakwah, belajar-mengajar, nasihat, sharing, mendidik adik, dan ribuan kegiatan lainnya yang serupa.
Ketika hendak memberikan ilmu ke orang lain, terlebih dahulu bukalah tutup yang ada pada diri Si Pemberi Ilmu atau botol A. Jika tutup tidak dibuka, ilmu tersebut tidak akan bisa berpindah. Maka bukalah semua jerat, hilangkan kesombongan, hilangkan ketidak ikhlasan, hilangkan rasa ingin dikenal, hilangkan rasa ingin mendapat pujian, hilangkan rasa ingin dibalas.
Kemudian, buka dulu tutup yang ada pada orang yang hendak diberikan ilmu atau botol B. Hal ini berarti, mulailah dari orang yang memang sudah terbuka atau bisa membuka diri terhadap ilmu yang diberikan. Untuk yang belum terbuka, tunggulah sampai terbuka dengan memberi dahulu keteladanan dan cinta. Jika kita ada diposisi botol B, jadikanlah diri kita sebagai botol yang kritis, #eeh... Membuka pada botol lain yang berisi air jernih dan menutup pada botol lain yang berisi air keruh. Maka hilangkanlah segala suudzon pada orang yang hendak memindahkan ilmunya. Jika beliau seorang guru, jangan sampai terbesit untuk membencinya se-killer apaun ia. Jangan beliau seorang teman atau lebih kecil umurnya dari kita, jangan ada anggapan bahwa kita lebih baik darinya. Jika yang memberi ilmu pun bukanlah orang yang pantas dijadikan teladan, selama ilmu yang diberikannya kita yakini baik maka terimalah dengan lapang.
Setelah kedua tutup terbuka, mulailah botol A moncongnya didekatkan dengan botol B dan masukkan air perlahan-lahan. Mengapa harus dekat? Karena kalau tidak begitu, belum tentu air yang akan ditumpahkan masuk seluruhnya ke dalam botol. Maka ketika posisi kita ada dibotol A, dekatkanlah diri kita pada orang yang akan kita beri ilmu dengan cinta. Lakukan semacam PDKT. Bina ia, didik ia, sayangi ia, doakan ia, perlakukan ia dengan baik. Karena jika tidak begitu, ilmu yang kita berikan bisa saja tumpah. Jika disini posisi kita ada di botol B, maka kita juga harus aktif mendekatkan diri pada botol A. Jangan sampai ketika kita tidak dekat, terjadi miss understanding atau semacamnya sehingga ilmu yang diberikan botol A tidak sampai ke kita. Rajinlah bertanya dan memberi tanggapan.
Dan mengapa harus perlahan-lahan? Tentunya jika tidak begitu akan sulit bagi botol B untuk menerima air yang ada. Bisa saja air tumpah. Atau botol B menjadi oleng dan jatuh sehingga air yang telah masuk berserak dan tak berguna lagi.
Terakhir, jangan tanggung-tanggung, penuhi botol B dengan air. Jika botol B volumenya lebih besar atau sama besar, masukkan semua air yang ada. Jika botol B volumenya lebih kecil, masukkan secukupnya hingga ia penuh. Botol A jangan takut airnya habis, karena jika itu benar-benar ilmu, sesungguhnya ilmu itu tidak akan habis. Justru itu artinya ilmu itu sudah lengket dan sudah tercipta space baru untuk menerima ilmu yang lain. Untuk botol B, jangan setengah-setengah dalam menimba ilmunya. Mintalah semua ilmu itu diberikan agar dilain waktu, botol B juga bisa memberikan ilmu pada botol-botol yang lainnya.
Semangat berbagi!
Semangat saling memperbaiki!
^___^
Semangat berbagi!
Semangat saling memperbaiki!
^___^
Catatan ini diambil dari sebuah taujihat yang disampaikan seorang senior.
0 komentar:
Posting Komentar