Selasa, 21 April 2015

Forum Studi Kedokteran Islam

Catatan Unknown pada 12:46 PM
Sekitar tiga minggu yang lalu, ada perasaan senang dihati karena amanah sebagai Kepala Departemen DAWA' di Forum Study Kedokteran Islam akan segera usai. Mubes akan dilaksanakan dan jabatan akan berganti tangan. Tentunya tanggung jawab yang selama ini membebankan segenap raga akan berkurang. Kemudian fokus dapat berganti ke akademik, peningkatan nilai ditahun akhir dan pengerjaan skripsi.

Hari bergulir, tibalah saatnya pembacaan LPJ DAWA'. Disanalah kemudian saya menjelaskan bagaimana kerja Departemen DAWA' dalam setahun ini. Membacakan hasil evaluasi keseluruhan dan mepresentasikan seluruh pertanggungjawaban. Kemudian, kritik dan masukan disampaikan oleh peserta sidang lainnya. Beberapa menit, sampailah pada penyampaian closing statement. Dan disinilah, entah kenapa rasa gembira itu tiba-tiba berubah.

Satu kata terimakasih untuk inti, departemen lain, dan biro lain. Satu kata terimakasih untuk adik-adik magang DAWA' yang dengan ikhlas mau mempelajari departemen ini. 

Dan terakhir - rasanya sangat tidak cukup - satu kata terimakasih untuk staff-staff DAWA' yang telah bekerja keras selama ini. Saat itulah tiba-tiba hati saya seperti beku, seperti kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Sesuatu yang saya tak pantas merasa untuk memilikinya, karena pada hakikatnya semua adalah milik Allah. Namun, cukup setahun membuat saya terlalu menyayangi mereka seperti adik-adik sendiri. Rasanya berakhir kepengurusan tidak membuat keinginan saya untuk tetap mendidik mereka sirna seperti mumetnya mengurus departemen ini.

Mereka sudah jadi tanggung jawab saya, untuk saya kembangkan potensinya, untuk saya lejitkan minat dan bakatnya. Namun setahun masih kurang. Saya belum puas mendidik mereka. Saya merasa tugas saya yang satu ini tidak terlaksana.

Ya, begitulah penutup dari semuanya. Penutup dari dua tahun perjuangan menjadi pengurus FSKI. Masih terkenang dalam benak saya, ketika saya masih menjadi panitia mubes FSKI. Saya yang saat itu mengumpulkan LPJ LPJ departemen dan biro di FSKI untuk di-print dan diperbanyak. Memang sama sekali tidak saya baca. Jalannya mubespun, saya tidak paham. Yang saya tahu diakhir rundown terpilihnya pengurus inti baru untuk FSKI, ketua, sekretaris, bendahara, dan ketua keputrian. Jelang seminggu dua minggu setelah itu, saya mengikuti wawancara pengurus. Saya memilih dua departemen, Departemen Syiar Islam dan Departemen Istimewa Annisa. Alhamdulillah, saya diterima sebagai staff Departemen Syiar Islam atau singkatnya, DSI. Saat itu saya tidak sempat mengikuti konsolidasi karena bentrok dengan konsolidasi UKM lain yang lebih dulu saya ikuti.Tapi lumayan asyik juga, saat rapat pertama kali, ternyata anggota DSI orangnya asyik-asyik.

Dan tahun pertama di FSKI adalah tahun dimana saya mendapatkan begitu banyak pengetahuan. Dilibatkan dalam banyak kegiatan, seperti TIM KIKI yang bekerja menulis buku kedokteran Islam, SH Production yang fokus membuat video promosi FSKI, serta tim protokol yang walaupun kerjanya tidak jelas akhirnya namun cukup meng-upgrade pengetahuan saya tentang sistem yang ada. Bersyukur sekali rasanya, saya yang saat menjadi panitia mubes tidak paham apa-apa namun setelah menjalani beberapa waktu kepengurusan jadi paham banyak hal. Disanalah mulai timbul keinginan untuk turut serta membuat FSKI menjadi lebih baik.

Setahun berlalu, kepengurusan FSKI 2013/2014 hampir tutup kepengurusan. Mubes kedua FSKI yang saya ikuti, kali ini sudah mulai paham dengan jalannya mubes walau tidak berkontribusi apa-apa. Setelah mubes, kepengurusan DSI selesai. Terpilih inti baru untuk FSKI.

Jelang beberapa hari setelah mubes, sebuah pesan WA yang meminta kesediaan saya untuk menjadi Kepala Departemen datang. Cukup membingungkan, karena departemen tersebut adalah departemen baru, Departemen Dawa' yang sebelumnya adalah Badan Otonom Dawa', badan otonom di bawah FSKI yang memiliki struktur kepengurusan serta divisi-divisi sendiri. Tahun itu adalah pertama kalinya Dawa' digabung ke FSKI.

Komplikasi. Bagaimanapun amanah seperti itu bukanlah mudah untuk orang seperti saya. Apalagi harus membangun sistem yang baru untuk departemen itu. Saat itu, ingin rasanya mengungkapkan kecemasan tak beralasan saya kepada seorang teman yang memang biasa saya menceritakan masalah kepadanya, namun ia pun sedang dalam kondisi yang sama seperti saya, kacau akan amanah yang berat. Bahkan amanah yang didapatkannya jauh lebih berat dari pada saya.

Akhirnya, entah datang dari mana, saya tiba-tiba bersemangat. Amanah tersebut sudah terlanjur saya terima, maka saya harus bertanggungjawab untuk melaksanakannya.

Satu hal yang paling saya takutkan adalah apabila staff-staff saya nantinya meninggalkan saya sendirian. Namun alangkah beruntungnya, saya dikaruniai staff-staff yang luar biasa. Mereka dengan baik mau bekerja untuk departemen dan membantu saya dalam berbagai permasalahan. Tak jarang saya curhat kepada mereka. Dan betapa senangnya, kadang walau tak dapat solusi, tetap dapat hiburan hati.

Setahun kedua di FSKI berlalu, sedih rasanya tidak lagi dapat penuh berkontribusi dalam perjuangan itu. Dan yang paling membuat saya sedih adalah tidak lagi bercengkrama dengan staff-staff Departemen Dawa'. Bagaimanapun, seakan-akan ada yang hilang. Kehilangan Rabu sore, dimana kami rapat rutin, dan setelah rapat rutin bercanda gurau menghilangkan penat. Kehilangan teman-teman dan adik-adik yang setia ada di belakang saya, bahkan sampai departemen berakhirpun, kebanyakan mereka tak luntur semangatnya untuk masih menjayakan departemen ini. Kehilangan orang-orang yang setiap bertemu menebar tawa kepada saya, yang mana tawa mereka seperti obat, yang mampu melupakan lelah.

Departemen Dawa' benar-benar bukan lagi seperti ranah kerja bagi saya, tapi sebuah keluarga. Disini kami bersama-sama bahu membahu menghadapi kesulitan dan saling menghibur. Entahlah apakah saya sendiri yang berpikir seperti ini. Namun ketika mendengar sebagian besar adik-adik Dawa' masih ingin lanjut di departemen ini, membuat saya merasa, bukan saya saja yang berpikir demikian. Mereka juga mungkin merasakan adanya kekeluargaan yang lebih disini. Namun hati orang lain siapa yang tahu. Yang jelas hal paling berat ketika meninggalkan FSKI bagi saya adalah ketika meninggalkan mereka, staff-staff yang saya sayangi. Andailah boleh memilih skenario, saya ingin ada di departemen ini lebih lama, namun hanya untuk bercengkrama, berbagi cerita. Bukan untuk bekerja, apalagi jadi kepala departemen wkwk...

Kalau harus meng-kadep lagi, bunuh saja adek, bang. haha

Dan beberapa waktu lalu, Kepala Departemen Dawa' yang baru menemui saya. Kini amanah benar-benar telah berpindah tangan. Perjuangan benar-benar telah turun ke generasi selanjutnya. Tidak ada yang spesial. Namun saya banyak berharap beliau bisa jadi lebih baik dari saya. Semoga Dawa' selalu dan selalu semakin baik.

Ya, berakhirnya kepengurusan saya di FSKI bukan pula berarti berakhir kontribusi saya di FSKI. Saya berharap Allah selalu mengingatkan saya betapa lelahnya malam karena jalanan siang yang penuh dengan amanah. Saya tidak boleh membiarkan adik-adik nanti mengarunginya tanpa bantuan-bantuan kecil. Biar sekedar saran, biar sekedar pertolongan kecil, saya berharap saya tidak lupa untuk komitmen memberikannya pada mereka esok.

Allah, ingatkan saya jika saya telah sibuk dengan urusan saya nanti~

1 komentar:

Thika Alfredo mengatakan...

Subhanallah kadept..
Hamasah!!

Posting Komentar

 

Se-kepinghati | Powered by Blogger
Blogged by Intan Evrt | Blogger Template by Se-kepinghati Corporation