Sabtu, 07 Maret 2015

Journalism Week 2015 dan Kenangan yang Tertinggal

Catatan Unknown pada 11:04 PM
Setelah Journalism Week 2013 dan Journalism Week 2014, kini giliran Journalism Week 2015 yang unjuk gigi. Ketiganya memiliki konsep yang sama, seminggu penuh kampus FK Unand dimeriahkan dengan warna jurnalistik, kemudian diakhiri atau diawali dengan seminar nasional yang mengundang penulis-penulis besar. Pada tahun 2013, yang diundan adalah Tere Liye. Kemudian, di 2014, yang diundang adalah Daeng Krisna Pabhicara. Dan di 2015 ini yang diundang adalah penulis muda yang cukup menebar 'kegalauan' di tumblr, Kurniawan Gunadi atau yang lebih akrab disapa dengan Mas Gun.

Namun diantara ketiganya, tahun 2015 inilah yang benar-benar saya ikuti materinya dengan leluasa. Saya mengambil bangku paling depan, agak ke tengah, sehingga merasa puas dengan apa yang disampaikan oleh pemateri. Namun duduk santai seperti itu cukup membuahkan sedikit kerinduan akan tahun-tahun sebelumnya, 2013 dan 2014. Kenapa?

Pada Journalism Week 2013 status saya adalah panitia Publikasi dan Dokumentasi. Sehingga ketika seminar berlangsung, saya tidak fokus mendengarkan materi karena harus bekerja sebagai operator dan harus mengatur jalannya slide, musik, dan sebagainya melalui laptop. Saya justru lebih sibuk pada speaker dan flashdisk dibanding menyimak apa yang disampaikan Tere Liye saat itu.

Kemudian, tahun 2014, sedikit lebih parah, saya malah ditunjuk sebagai Koordinator Bidang Publikasi dan Dokumentasi. Alhasil, walau saya tidak lagi sepanjang waktu krasak krusuk di meja operator, saya musti bolak-balik memastikan kegiatan terdokumentasikan, jalannya lifetweet, membantu kerja operator juga, dan lain-lain. Sama sekali, blank! Saya bahkan tidak dapat menyimpulkan barang sedikit apa yang Khrisna Pabhicara bicarakan.

Sebenarnya ketika kita menjadi peserta, bukan panitia, maka akan banyak ilmu yang kita dapatkan. Namun, sensasinya beda. Walau ketika saya menjadi peserta banyak hal yang dapat saya dengar, namun saya tidak keluar ruangan dengan kata 'puas' sepuas ketika saya menjadi panitia yang lelah bekerja. Karena saat mempersiapkan segala hal, menyembahkan yang terbaik untuk peserta, bolak-balik sana-sini, kaki pegal tangan keram kepala nyut-nyutan, lalu kita menyaksikan peserta yang duduk dengan baik, maka itulah kepuasan yang sesungguhnya.

Ya, puas ketika keringat kita terkuras, puas ketika rasa setia kawan kita dalam kepanitiaan lolos uji, puas ketika kita istirahat setelah lelah yang amat sangat, puas ketika kita yang mempersembahkan 'sesuatu' untuk orang lain.

Dan hari ini, duduk tenang di kursi peserta di barisan paling depan, mendengarkan materi dari awal sampai akhir, memperhatikan panitia yang sibuk bekerja, tanpa setetes keringatpun mengucur,  dan tanpa perasaan was-was akan suksesnya acara hingga akhir, membuat saya merasa ada yang hilang. Ya, ada yang tertinggal di belakang dan dihembuskan angin entah kemana.

Dan itulah dia, kenangan. Kenangan saat kita lebih muda dan dapat berpartisipasi lebih dari sekedar melongo di depan. Kenangan ketika kita saling bahu-membahu membangun mimpi atas satu nama yang diperjuangkan eksistensinya. Kenangan ketika kita bertanya satu sama lain, memperhatikan satu sama lain, dan merasakan lelah yang sama. Kenangan saat kita tertawa diantara penat yang hinggap. Kenangan ketika sepasang kaki jatuh maka pasang kaki lainnya akan membantu untuk berdiri. Kenangan ketika kita membanting tulang untuk memperjuangkan kepuasan orang lain. Kenangan dimana kita tetap bekerja walau jemari kita patah tak tentu lagi. Kenangan... kenangan... dan kenangan...

Aah, sulit dijabarkan semuannya...

Itulah dia yang hilang, yang tertinggal di belakang dan dihembuskan angin entah kemana. Yang membuat saya merasa akhirnya tidak puas  menjadi penonton saja. Jika saja tahun sebelumnya dapat diulang~

0 komentar:

Posting Komentar

 

Se-kepinghati | Powered by Blogger
Blogged by Intan Evrt | Blogger Template by Se-kepinghati Corporation