Rindu, aku merasa...
Aku duduk disini, di sudut kebekuan. Melihat kearahmu, tapi pura-pura tak melihat. Dan kau tak menggubrisku karena aku seperti biasa, tak ada gerak-gerik hendak mendekat. Menyapapun, aku sepertinya tak mau.
Aah... tapi... rindu, aku merasa...
Asal kau tahu, hatiku telah berbusa. Penuh buih, ingin sekali kau menghampiri. Atau bisa jadi, aku yang menghampiri. Tapi aku tak bisa. Melangkah, barang selangkah.
Kau tak sadar, mungkin tak akan sadar. Betapa aku disini, ingin merasa hangatmu seperti dulu. Ingin berbicara, ingin menanya kabar, ingin tertawa, ingin! Ingin! Ingin! Aku ingin masuk ke kehidupanmu lagi. Dimana aku bagian darimu, aku membanggamu, dan kamu mengandalkanku. Dimana kita melangkah dari satu batu ke batu lain menyebrangi sungai yang mengalir deras dan saling mengaitkan jemari. Dimana jika salah satu dari kita hampir jatuh ke belukar, maka yang satunya lagi mengeratkan genggam, memberi kekuatan. Dimana kita saling melindungi, bahu-membahu, tersenyum satu sama lain.
Aku... rindu, aku merasa...
Rindu bukan karena kita tak bertatap muka, tapi karena kita bertemu setiap waktu tapi kita berpisah. Rindu karena ketika kau tertawa tapi aku tak dapat ikut merasakan hangatnya tawamu. Rindu ketika kau melangkah tanpa mengulurkan tangan mengajaku lagi.
Aku rindu, rindu, rindu, rindu, aku merasa...
Kau bilang aku yang pergi, tapi aku rasa kau membuangku. Entah mana yang lebih akurat.
Yang kutahu, kini, aku rindu, aku rindu, rindu, aku merasa...
0 komentar:
Posting Komentar