_Ditulis oleh Zahara Bunga Hadikusuma pada Dawa' Mini edisi 5 - November 2014 | Thn XV_
Belasan tahun
yang lalu, seorang wanita yang sedang terpancar beragam macam emosi di
wajahnya, -entah bahagia, entah takut, entah, cemas, entah terharu- mengalami
suatu sejarah besar dalam hidupnya. Mulutnya terus berkomat-kamit, memohon
kepada Allah, untuk keselamatan dan kesehatan dirinya dan seseorang yang berada
dalam tubuhnya.
Ia akan
melahirkan pahlawan kecilnya. Dan itulah engkau saat ini.
Saat yang
bahagia, saat ia bisa menatap sosok mungil yang dititipkan Allah padanya. Atau
saat yang mengiris hati, saat sosok mungil itu tak sempat bertemu dengan sang
bidadari yang lebih dulu syahid menemui-Nya.
Apapun itu,
sejak dari kita lahir ke dunia, Allah tak pernah membiarkan kita sendiri.
Karena Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Dia mengetahui kita sangatlah
lemah, belum mengetahui apapun tentang dunia, sehingga Dia hadirkan sosok ibu
bersama kita. Melalui ibu, Allah menunjukkan betapa Ia mencintaimu, wahai hamba
Allah.
Lalu beberapa
tahun kemudian, engkau sudah mulai memahami sebahagian kecil dari dunia, dan
beberapa tahun setelahnya lagi, engkau mulai memahami apa yang harus kau
lakukan pada dunia, dan itulah engkau saat ini.
Lalu coba
renungkan kembali, kenapa kita masih tetap hidup sampai saat ini? Kenapa otot
jantungmu tak pernah berhenti berdetak untukmu? Kenapa paru-parumu
terus-terusan menghirup oksigen demi dirimu? Apakah itu semua hanya serentetan
peristiwa bertajuk kewajaran karena kita adalah manusia?
Saudaraku,
Allah maha mengatur segala urusan. Apakah jantungmu itu akan terus berdetak dan
paru-parumu terus bekerja jika Allah memintanya berhenti? Tidak. Sejatinya
seluruh ciptaan Allah di alam semesta ini senantiasa tunduk pada-Nya. Ketika
organ tubuhmu terus bekerja dengan baik untukmu, itu karena ketundukannya pada
Allah. Itu semua terjadi atas kehendak Allah. Allah menjadikan engkau sehat
agar engkau mampu memahami kebesaran Allah sehingga dengan itu terbitlah rasa kagum
dan cinta di hatimu pada Sang Pencipta, agar engkau mampu merasakan betapa
Allah mencintaimu.
Kini adalah
masa disaat dunia mulai membuatmu terus-terusan mengikutinya. Dosa demi dosa
terus engkau perbuat. Lalu disaat kita menyadarinya, lantas kita memohon ampun
pada-Nya, lalu dengan kasih sayang dan sifat Maha Pemaaf-Nya, Allah pun
mengampuni kita.
“Hai
Hamba-hamba Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah
kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah akan mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.
Az-Zumar : 53)
Lalu seperti sebuah lingkaran setan yang tak
pernah berujung, kita terus mengulangi berbuat dosa dan terus mengulangi
memohon ampun pada Allah. Sudah kesekian kalikah ini terjadi? Ya, namun Allah
tak pernah bosan. Betapa mudahnya mendapat maaf dan ampunan dari Allah daripada
sesama manusia.Namun jika kita masih punya hati, mungkinkah dan wajarkah kita jika
terus-terusan menyakiti Zat yang begitu mencintai kita? Semoga kita sama-sama
mau berjuang keras menghindari perbuatan yang tidak disukainya. Memang, sebagai
manusia kita tak pernah luput dari dosa. Namun dengan senantiasa memohon
ampunan-Nya, itulah yang paling Dia senangi.Betapa Allah mencintaimu, wahai
hamba Allah.
Kemudian masalah,
ujian, dan cobaan datang silih berganti. Engkau mulai merasa jenuh, hampa,
tanpa seorangpun yang bisa memahami dan menemanimu. Namun ingatlah,
sesungguhnya Allah senantiasa ada bersamamu, tak pernah jauh. Dia begitu dekat.
Dia selalu memperhatikanmu, memperhatikan hamba-hamba-Nya. Maka dari itu
curahkanlah seluruhnya pada Allah-mu, ceritakan setiap detailnya melalui
doa-doa malammu, percayalah Allah selalu mendengar dan mengabulkan doa-doa
hamba-Nya.
“Sesungguhnya
Rabbmu itu pemalu lagi pemurah, merasa malu apabila tidak mengabulkan doa
kepada hamba-Nya yang mengangkat kedua tangannya untuk berdoa, lalu dibiarkan
dalam keadaan kosong. (HR. Muslim)
La tahzan wa
laa takhaf. Janganlah sedih dan janganlah takut. “Tuhanmu tidak meninggalkan
kamu dan tidak pula benci kepadamu.” (QS. Ad Duha : 3) Dia adalah
sebaik-baik Penolong, sebaik-baik
Pendengar, dan sebaik-baik Pelindung. Mengadulah pada Allah yang engkau cintai.
Mengadulah pada Kekasihmu! Ketika Allah memberimu ujian dan cobaan, itulah saat
ketika kesetiaan cintamu pada-Nya diuji, karena cinta terasa nikmat manakala
kesetiaannya teruji. Itulah rahasia dibalik ujian yang diberikan-Nya. Agar kita
berlari mendekati-Nya.. lalu lebih dekat.. dan semakin dekat.. hingga kita dan
Dia tak lagi berjarak, membuatmu menyadari betapa Ia mencintaimu.
Secercah demi secercah, engkau mulai terus
memperbarui dan memperkuat keimanan dan kecintaanmu pada-Nya, karena engkau
semakin menyadari tak ada satupun yg abadi kecuali cinta Allah pada kita,
hamba-Nya. Sama halnya seperti mencintai seseorang, tatkala kita sudah
mencintai Allah, bukankah kita selalu ingin untuk terlihat baik dihadapan-Nya? Ketika
kita sudah mencintai-Nya, bukankah kita selalu rindu untuk berjumpa dan berada
dekat dengan-Nya?
“Orang-orang
yang beriman amat sangat cinta kepada Allah”. (QS. Al Baqarah : 165)
“Dia (Allah)
mencintai mereka dan mereka mencintai-Nya”. (QS. Al Maidah : 54)
Terlebih
lagi, jika Allah telah mengasihi seorang hamba, maka dipanggil-Nya Jibril
seraya berfirman, “Hai, Jibril! Sesungguhnya Aku mengasihi si Fulan, maka
kasihi pulalah dia!” Lalu Jibril mengasihi orang itu. Kemudian dia berseru kepada
penduduk langit, katanya, “Sesungguhnya Allah Ta’ala mengasihi si Fulan, maka
kasihi pulalah dia oleh kalian semuanya!” Lalu penduduk langit mengasihi orang
itu, kemudian cinta kasih itu sampai kepada penduduk bumi. (HR. Muslim)
0 komentar:
Posting Komentar