Semalaman aku harus memangku salah satu adikku, Dzaki, yang saat itu berusia tiga tahun. Bobotnya memang tidak terlalu berat, namun posisi yang tidak mendukung membuat kakiku pegal setengah mati karenyanya. Apalagi menimbang ia juga tidur, maka aku harus menyesuaikan duduk agar kepalanya tidak terbentur kaca selama mobil berbelok-belok.
Subuhpun tiba, adzan berkumandang indah. Travel berhenti di depan sebuah masjid. Padahal aku baru saja tertidur pulas, dan Dzaki juga masih nyenyak dipangkuanku. Ibuku mengambil mukenah dalam tasnya dan bersiap-siap turun. Ia turut serta mengajakku. Tapi entah mengapa rasanya aku malas sekali turun. Apalagi mengingat Dzaki yang masih tidur, pasti repot sekali jika harus menidurkannya terlebih dahulu di jok mobil. Maka entah tiba ide dari mana aku berpikir untuk sholat di mobil saja, sambil memangku Dzaki, daripada harus capek capek turun.
Ibuku mengiyakan, lalu turun bersama Zaima, adikku yang satu lagi.
Tidak lama berselang, aku sudah hendak bertayamum. Namun Dzaki tiba-tiba bangun seperti orang kaget dan berkata, "Uni, turun lah. Dzaki mau sholat."
Jantungku langsung berdetak kuat, anak kecil ini yang menjadi alasanku malas turun dan menunaikan sholat di masjid justru berkata seperti itu. Anak kecil yang bahkan sholat lima waktu pun belum wajib baginya. Jangankan wajib, paham tentang sholat pun mungkin belum. Dan kata-kata itu, kata-kata bahwa ia ingin sholat, entah dari mana didapatkannya.
Spontan aku beristighfar, mungkinkah ini peringatan yang nyata? Mungkinkah ini sindiran dari Yang Maha Kuasa? Segera kubatalkan niatku untuk tayamum. Dengan malu yang luar biasa, yang kusimpan di dalam hati, kubawa Dzaki turun dari mobil. Kami pun berwudhu dan ke masjid, menunaikan sholat subuh.
Ibuku mengiyakan, lalu turun bersama Zaima, adikku yang satu lagi.
Tidak lama berselang, aku sudah hendak bertayamum. Namun Dzaki tiba-tiba bangun seperti orang kaget dan berkata, "Uni, turun lah. Dzaki mau sholat."
Jantungku langsung berdetak kuat, anak kecil ini yang menjadi alasanku malas turun dan menunaikan sholat di masjid justru berkata seperti itu. Anak kecil yang bahkan sholat lima waktu pun belum wajib baginya. Jangankan wajib, paham tentang sholat pun mungkin belum. Dan kata-kata itu, kata-kata bahwa ia ingin sholat, entah dari mana didapatkannya.
Spontan aku beristighfar, mungkinkah ini peringatan yang nyata? Mungkinkah ini sindiran dari Yang Maha Kuasa? Segera kubatalkan niatku untuk tayamum. Dengan malu yang luar biasa, yang kusimpan di dalam hati, kubawa Dzaki turun dari mobil. Kami pun berwudhu dan ke masjid, menunaikan sholat subuh.
0 komentar:
Posting Komentar