Ujian blok berakhir, besok libur, dua kata yang sedari tadi bergeayutan dikepalaku. Karena kemungkinan libur akan berlangsung seminggu lebih, aku telah dari awal merencakan untuk pulang. Tiba-tiba aku teringat bahwa ibu sebelumnya memesan bedak beras yang adanya cuma di Pasar Raya Padang. Hari itu juga kususun rencana ke Pasar Raya. Kebetulan temanku, Nisa, juga berhajat ke Pasar Raya untuk membelikan jam tangan pesanan tantenya. Jadilah kami pergi berdua. Seperti rencana awal, aku membeli bedak beras dan Nisa membeli jam tangan. Setelah mendapatkan apa yang kami cari, kami pun memutuskan untuk segera pulang.
Diperjalanan keluar pasar, tiba-tiba Nisa berhenti dan berbalik. Ia tampak memeriksa tas punggungnya. Aku tidak terlalu menghiraukan hingga ia berteriak, "Copeet..." dan berbelok mengejar copet yang dimaksud.
Aku tersentak sadar apa yang barusan terjadi. Segera kuikuti langkah cepat Nisa. Sementara orang-orang di Pasar yang melihat kejadian itu dan bahkan mendengar teriakan Nisa, diam saja. Satupun tidak ada yang merespon, seakan-akan kejadian adalah kejadian biasa.
Sekencang apapun Nisa mengejar, copet yang dikejar ternyata jauh lebih kencang lagi. Ia luput, sementara Nisa mulai meneteskan air mata. Aku menghampirinya dan mencoba menenangkannya. Ternyata yang berhasil dicopet adalah Blackberry-nya. Sementara dompet Nisa yang sempat tergenggam oleh copet berhasil ditarik balik oleh Nisa saat ia berbalik tadi.
Akhirnya, kami memutuskan untuk ke kantor polisi. Namun, apalah yang bisa dilakukan jika memang ternyata blackberry tersebut bukan rejeki Nisa lagi.
Kejadian itu cukup menjadi pelajaran buatku, Nisa, dan orang-orang lainnya yang mendengar cerita ini.
0 komentar:
Posting Komentar