Postingan ini adalah tugas magang BROCA BEM KM FK UNAND. Hasil wawancara pengalaman menarik kakak BP saya, Bang Arifudin, yang diulas seperti cerpen :)
Geje sih, tapi ngga apa lah...
___________________________________________________________________
Pada Mei 2012 lalu, SDU (Swarna Dvipa Ungu), mahasiswa pecinta alam dari Fakultas Peternakan Universitas Andalas, mengadakan kegiatan Pendakian Massal Singgalang. Kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa pecinta alam se-Sumatra Barat serta warga umum mulai dari yang muda-muda sampai bapak-bapak.
Pada kegiatan tersebut, HET (Hippocrates Emergency Team), salah satu unit kegiatam mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, diundang sebagai tim bantuan medis. Sebenarnya diminta sepuluh orang, namun HET hanya bisa mengutus enam orang karena berbagai pertimbangan. Diantara enam orang yang beruntung tersebut, salah satunya adalah Arifuddin, mahasiswa program studi Pendidikan Dokter angkatan 2010.
Siang sebelum berangkat, Arifuddin merasa pusing dan tidak enak badan. Bahkan ia muntah sampai sepuluh kali. Ia merasa tidak sanggup untuk mendaki gunung. Namun, setelah memngkonfirmasikan hal ini dengan rekan-rekan HET lainnya, ternyata tidak satupun ada yang bisa menggantikan Arifuddin. Akhirnya, Arifuddin terpaksa mengikuti pendakian tersebut walaupun dalam keadaan yang tidak stabil.
Sore itu juga Arifuddin dan delegasi HET lainnya berkumpul di Fakultas Peternakan Universitas Andalas bersama peserta pendakian massal Singgalang lainnya. Disana Arifuddin melihat bermacam-macam orang, ada yang gondrong, ada yang botak, dan berbagai jenis lainnya. Hal ini membuat semangat Arifuddin terpacu dan seketika ia melupakan rasa pusingnya mengingat ia akan berkenalan dengan orang-orang baru. Setelah itu, dengan senang hati Arifuddin bersama rombongan menuju gunung Singgalang menggunakan bus Universitas Andalas.
Sekitar jam 6 sore, rombongan sampai di lokasi. Para pandaki melakukan iklimatisasi, yakni penyesuaian paru dengan kadar oksigen yang rendah. Ketika itulah Arifuddin melihat Pak Tofrizal, salah satu dosen di Fakultas Kedokteran. Arifuddin semakin bersemangat karena sebelumnya ia tidak menyangka ada dokter yang mau berpartisipasi dalam kegiatan seperti itu.
Setelah mendirikan tenda, Arifuddin dan delegasi HET lainnya beristirahat di dalam tenda. Saat itulah Pak Tofrizal datang dan berkata, “Saya boleh numpang disini ya, soalnya saya tidak bawa tenda. Tapi kalau ada apa-apa saya tidak ikut tim bantuan medis ya!”. Dengan senang hati dan penuh rasa kekeluargaan, para delegasi HET menerima Pak Tofrizal tidur di tenda bersama mereka. Arifuddin pun semakin bersemangat.
Paginya, rombongan mulai melakukan pendakian. Dengan tas punggung yang besar dan berat, panas yang menyengat, dan kondisi yang kurang memungkinkan, Arifuddin tetap mengikuti rombongan. Untunglah di gunung tersebut terdapat hutan-hutan, sehigga sengat matahari dapat dimimalisir dengan rimbun dedaunan.
Saat magrib tiba, rombongan telah sampai di Telaga Dewi. Panitia memutuskan untuk menginap disana. Arifuddin merasakan dingin yang sangat menusuk, sangat berbeda dengan siang tadi. Tenda pun diisi sepenuh-penuhnya agar udara terasa sedikit lebih hangat. Namun, bagi Arifuddin, itu adalah malam yang sangat indah karena malam itu dari ketinggian ia dapat menyaksikan supermoon dengan jelas tanpa ada awan yang menutupi.
Malampun berlalu, pagi kembali menyingsing. Semangat baru kembali berkobar dijiwa para pendaki. Panitia mengajak melanjutkan mendaki sampai ke puncak. Namun, Arifuddin tiba-tiba merasa mules dan terlebih dahulu harus memenuhi panggilan alam. Dengan berat hati, Arifuddin dan beberapa orang yang berhalangan untuk melanjutkan pendakian, terpaksa menunggu di Telaga Dewi.
Beberapa waktu setelah rombongan yang melanjutkan pendakian berangkat, hujan tiba-tiba turun. Rombongan yang tinggal di Telaga Dewi, termasuk Arifuddin, segera memasuki tenda sementara rombongan yang telah berangkat terpaksa berbasah-basahan. Karena merasa tidak enak, rombongan yang tinggal menyiapkan teh dan makanan untuk rombongan yang melanjutkan pendakian ketika mereka kembali.
Akhirnya, rombongan dari puncak kembali dan kegiatan dilanjutkan dengan ramah tamah. Masing-masing mapala memperkenalkan organisasi mereka.
Arifuddin merasa semua itu sangat berkesan. Ia merasa sangat kuat karena beberapa hari sebelumnya ia juga sempat mendaki Gunung Singgalang bersama teman-temannya. Apalagi mengingat kondisinya yang tidak begitu baik. Semua rentetan kejadian tersebut menjadi kenangan tak terlupakan dalam benaknya.
By: Intan Ekaverta (1210313070)
_________________________________________________________________________________