Rabu, 14 November 2012

Pendakian Massal Singgalang

Catatan Unknown pada 10:00 AM 0 komentar

Postingan ini adalah tugas magang BROCA BEM KM FK UNAND. Hasil wawancara pengalaman menarik kakak BP saya, Bang Arifudin, yang diulas seperti cerpen :)

Geje sih, tapi ngga apa lah...

___________________________________________________________________
Pada Mei 2012 lalu, SDU (Swarna Dvipa Ungu), mahasiswa pecinta alam dari Fakultas Peternakan Universitas Andalas, mengadakan kegiatan Pendakian Massal Singgalang. Kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa pecinta alam se-Sumatra Barat serta warga umum mulai dari yang muda-muda sampai bapak-bapak.
Pada kegiatan tersebut, HET (Hippocrates Emergency Team), salah satu unit kegiatam mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, diundang sebagai tim bantuan medis. Sebenarnya diminta sepuluh orang, namun HET hanya bisa mengutus enam orang karena berbagai pertimbangan. Diantara enam orang yang beruntung tersebut, salah satunya adalah Arifuddin, mahasiswa program studi Pendidikan Dokter angkatan 2010.
Siang sebelum berangkat, Arifuddin merasa pusing dan tidak enak badan. Bahkan ia muntah sampai sepuluh kali. Ia merasa tidak sanggup untuk mendaki gunung. Namun, setelah memngkonfirmasikan hal ini dengan rekan-rekan HET lainnya, ternyata tidak satupun ada yang bisa menggantikan Arifuddin. Akhirnya, Arifuddin terpaksa mengikuti pendakian tersebut walaupun dalam keadaan yang tidak stabil.
Sore itu juga Arifuddin dan delegasi HET lainnya berkumpul di Fakultas Peternakan Universitas Andalas bersama peserta pendakian massal Singgalang lainnya. Disana Arifuddin melihat bermacam-macam orang, ada yang gondrong, ada yang botak, dan berbagai jenis lainnya. Hal ini membuat semangat Arifuddin terpacu dan seketika ia melupakan rasa pusingnya mengingat ia akan berkenalan dengan orang-orang baru. Setelah itu, dengan senang hati Arifuddin bersama rombongan menuju gunung Singgalang menggunakan bus Universitas Andalas.
Sekitar jam 6 sore, rombongan sampai di lokasi. Para pandaki melakukan iklimatisasi, yakni penyesuaian paru dengan kadar oksigen yang rendah. Ketika itulah Arifuddin melihat Pak Tofrizal, salah satu dosen di Fakultas Kedokteran. Arifuddin semakin bersemangat karena sebelumnya ia tidak menyangka ada dokter yang mau berpartisipasi dalam kegiatan seperti itu.
Setelah mendirikan tenda, Arifuddin dan delegasi HET lainnya beristirahat di dalam tenda. Saat itulah Pak Tofrizal datang dan berkata, “Saya boleh numpang disini ya, soalnya saya tidak bawa tenda. Tapi kalau ada apa-apa saya tidak ikut tim bantuan medis ya!”. Dengan senang hati dan penuh rasa kekeluargaan, para delegasi HET menerima Pak Tofrizal tidur di tenda bersama mereka. Arifuddin pun semakin bersemangat.
Paginya, rombongan mulai melakukan pendakian. Dengan tas punggung yang besar dan berat, panas yang menyengat, dan kondisi yang kurang memungkinkan, Arifuddin tetap mengikuti rombongan. Untunglah di gunung tersebut terdapat hutan-hutan, sehigga sengat matahari dapat dimimalisir dengan rimbun dedaunan.
Saat magrib tiba, rombongan telah sampai di Telaga Dewi. Panitia memutuskan untuk menginap disana. Arifuddin merasakan dingin yang sangat menusuk, sangat berbeda dengan siang tadi. Tenda pun diisi sepenuh-penuhnya agar udara terasa sedikit lebih hangat. Namun, bagi Arifuddin, itu adalah malam yang sangat indah karena malam itu dari ketinggian ia dapat menyaksikan supermoon dengan jelas tanpa ada awan yang menutupi.
Malampun berlalu, pagi kembali menyingsing. Semangat baru kembali berkobar dijiwa para pendaki. Panitia mengajak melanjutkan mendaki sampai ke puncak. Namun, Arifuddin tiba-tiba merasa mules dan terlebih dahulu harus memenuhi panggilan alam. Dengan berat hati, Arifuddin dan beberapa orang yang berhalangan untuk melanjutkan pendakian, terpaksa menunggu di Telaga Dewi.
Beberapa waktu setelah rombongan yang melanjutkan pendakian berangkat, hujan tiba-tiba turun. Rombongan yang tinggal di Telaga Dewi, termasuk Arifuddin, segera memasuki tenda sementara rombongan yang telah berangkat terpaksa berbasah-basahan. Karena merasa tidak enak, rombongan yang tinggal menyiapkan teh dan makanan untuk rombongan yang melanjutkan pendakian ketika mereka kembali.
Akhirnya, rombongan dari puncak kembali dan kegiatan dilanjutkan dengan ramah tamah. Masing-masing mapala memperkenalkan organisasi mereka.
Arifuddin merasa semua itu sangat berkesan. Ia merasa sangat kuat karena beberapa hari sebelumnya ia juga sempat mendaki Gunung Singgalang bersama teman-temannya. Apalagi mengingat kondisinya yang tidak begitu baik. Semua rentetan kejadian tersebut menjadi kenangan tak terlupakan dalam benaknya.
By: Intan Ekaverta (1210313070)
_________________________________________________________________________________

Minggu, 11 November 2012

Sedikit dari Masa Silam

Catatan Unknown pada 11:39 AM 0 komentar





Jumat, 09 November 2012

Di Pasar Raya part I

Catatan Unknown pada 12:49 AM 0 komentar

Ujian blok berakhir, besok libur, dua kata yang sedari tadi bergeayutan dikepalaku. Karena kemungkinan libur akan berlangsung seminggu lebih, aku telah dari awal merencakan untuk pulang. Tiba-tiba aku teringat bahwa ibu sebelumnya memesan bedak beras yang adanya cuma di Pasar Raya Padang. Hari itu juga kususun rencana ke Pasar Raya. Kebetulan temanku, Nisa, juga berhajat ke Pasar Raya untuk membelikan jam tangan pesanan tantenya. Jadilah kami pergi berdua. Seperti rencana awal, aku membeli bedak beras dan Nisa membeli jam tangan. Setelah mendapatkan apa yang kami cari, kami pun memutuskan untuk segera pulang.


Diperjalanan keluar pasar, tiba-tiba Nisa berhenti dan berbalik. Ia tampak memeriksa tas punggungnya. Aku tidak terlalu menghiraukan hingga ia berteriak, "Copeet..." dan berbelok mengejar copet yang dimaksud.

Aku tersentak sadar apa yang barusan terjadi. Segera kuikuti langkah cepat Nisa. Sementara orang-orang di Pasar yang melihat kejadian itu dan bahkan mendengar teriakan Nisa, diam saja. Satupun tidak ada yang merespon, seakan-akan kejadian adalah kejadian biasa.

Sekencang apapun Nisa mengejar, copet yang dikejar ternyata jauh lebih kencang lagi. Ia luput, sementara Nisa mulai meneteskan air mata. Aku menghampirinya dan mencoba menenangkannya. Ternyata yang berhasil dicopet adalah Blackberry-nya. Sementara dompet Nisa yang sempat tergenggam oleh copet berhasil ditarik balik oleh Nisa saat ia berbalik tadi.

Akhirnya, kami memutuskan untuk ke kantor polisi. Namun, apalah yang bisa dilakukan jika memang ternyata blackberry tersebut bukan rejeki Nisa lagi.

Kejadian itu cukup menjadi pelajaran buatku, Nisa, dan orang-orang lainnya yang mendengar cerita ini.

Minggu, 04 November 2012

Hati, Kini dan Nanti

Catatan Unknown pada 2:40 PM 0 komentar
Bismillahirrohmanirrohiim...

Sesungguhnya Allah lah maha pembolak-balik hati. Ia jadikan iman berfluktuasi, naik dan turun. Disisi lain Ia juga memberi kita akal, untuk mengatur dan menjaga, agar senantiasa ketika iman kita turun, tidak jatuh terlalu dalam ke lubang jurang.

Banyak kisah sudah terdengar oleh telinga, banyak kejadian sudah terlihat oleh mata. Kenyataan demi kenyataan bergulir, ada yang pahit, ada pula yang manis, membuahkan cerita dari orang-orang terdahulu kepada generasi muda. Dari sana, terdapat hikmah dan pelajaran. Kita dapat mengambil contoh yang benar dan contoh yang salah, sebagai pegangan untuk masa depan kelak.

Bukan satu atau dua lagi kusaksikan kehidupan orang-orang yang dahulunya 'alim, begitu giat menjalankan amalan-amalan sunnah, dan begitu semangat menghadiri majlis-majlis ilmu. Tutur kata lemah lembut, pakaian syar'i, pergaulan dijaga batas-batasnya, pemahaman agama jangan ditanya. Namun seiring bergulirnya waktu perlahan terjadi perubahan. Mulai dari frekuensi ibadah yang tak terjaga karena kesibukan, iman yang turun, dan lingkungan yang tak lagi mendukung. Perlahan diri melebur ke lembah kehedonisan. Sedikit demi sedikit aurat mulai terbuka, cemooh dan cela jadi biasa, bahkan khalwat dan ikhtilat tidak "gaul" jika tidak dilakukan.

Sebaliknya, bukan pula segelintir orang yang dahulunya tidak paham samasekali akan makna Islam yang sesungguhnya. Terbiasa dengan keduniaan, mode, hedonisme, globalisasi, dan kebodohan. Jangankan ibadah sunnah, sholat wajib pun masih bolong sana-sini. Jangankan pakaian syar'i, pacaran pun masih jalan. Namun, seiring bergulirnya waktu, karena hidayah dan semangat, perlahan terjadi pula perubahan. Bermula dari kesadaran, kemudian pemahaman. Taubat pun jadi pilihan. Yang buruk ditinggalkan, yang baik dijalankan. Kini menjadi aktivis da'wah yang semangat keislamanannya berkobar laksana api.

Begitulah hati dibolak-balikkan.

Kita tidak tahu, jadi seperti apa kita dimasa depan. Mungkin sekarang kita begitu haus akan ilmu agama. Pontang-panting kesana kemari mencari kajian-kajian peneduh hati. Lingkunganpun mendukung. Teman yang sama semangatnya, yang menjaga dan saling mengingatkan. Sarana prasarana kebaikan juga tersedia. Kesibukan masih menyisakan selaksa waktu luang untuk menghadiri majlis peningkat kualitas iman.

Namun, bisa jadi suatu saat nanti kita menjadi ghuroba', orang asing di suatu negri. Dimana kita terjebak diantara kehedonisan, diantara orang-orang yang kesadaran beragamanya kurang. Disana, bisa jadi kita istiqomah, menginisiasi pengadaan pengajian-pengajian, aktif membangun kemadanian. Tapi, bisa jadi juga kita yang melebur. Tidak kuat menjaga prinsip-prinsip yang telah lekat. Perlahan lepaslah iman yang telah dibina sejak lamanya.

Sekali lagi, KITA TIDAK TAHU. Akan sekuat apakah kita di ranah yang luas nanti~

Ya Allah...
Ya muqollibal quluub
Tsabbit qolbiy
'Alaa diinika

Ya Allah
Yang membolak-balikkan hati
Tetapkanlah hatiku
Diatas agamamu

Robbana laa tuzigh quluubana
Ba'da iz hadaitana
Wa hablana min ladunka rohmah
Innaka Antal wahhab

Ya Tuhan kami jangan Engkau gelincirkan hati kami
Setelah Engkau beri hidayah kepada kami
Dan karuniakanlah kepada kami dari sisi-Mu Rahmat
Sesungguhnya Engkaulah yang memberi segala-galanya

Hamba-Nya yang penuh sesal, Padang, 4 Oktober 2013,
Diantara bimbang~

Jumat, 02 November 2012

Kerudung Orang PKS

Catatan Unknown pada 7:33 AM 0 komentar
Pernah melihat seorang wanita dengan kerudung yang dipanjangkan menutupi dada, lebar, dan modelnya simple? Tidak semua orang memang, namun beberapa kalangan akan langsung men-cap orang tersebut dengan pransangka, "Itu orang PKS". Tidak masalah prasangka yang dilontarkan bermakna baik atau buruk, toh inti pembahasan ini bukan baiknya partai dakwah bernama PKS, melainkan kesalahan men-judge bahwa kerudung lebar itu identik dengan PKS.




Allah berfirman dalam surat An-nur ayat 31 yang artinya, "...dan hendaklah mereka menutupkan kain kudun di dadanya..."

Nah, sudah jelas bukan, menutupi dada dengan kain kerudung yang dipanjangkan itu bukan perintah majlis syuro atau petinggi-petinggi PKS, melainkan perintah dari Allah. Bagi yang beragama Islam, kembali ditekankan, INI PERINTAH ALLAH. Maka menutup kerudung ke dada itu adalah suatu keharusan.

Oleh karena itu marilah (yang masih berpikiran bahwa kerudung lebar adalah jilbab PKS) merubah paradigma bodoh yang men-cap orang dengan erudung lebar sebagai 'kerudung PKS' menjadi 'kerudung syar'i'. Sebab kerudung lebar bukan milik PKS melainkan milik Islam, rahmatan lil 'alamin~

Sekian, semoga bermanfaat.
Semoga kita selalu dituntun untuk membuka hati pada kebenaran dan memilih pemimpin dari ketaqwaan.


 

Se-kepinghati | Powered by Blogger
Blogged by Intan Evrt | Blogger Template by Se-kepinghati Corporation