Postingan di bawah ini saya copast dari http://theinsteiner.blogspot.com/2010/09/mengapa-tak-ada-satupun-negara-islam.html
Saya juga tidak tahu kebenaran semua ini, tapi kita jadikan untuk introspeksi aja yaa... ^^
Mengapa Tak Ada Satupun Negara Islam Yang Tergolong Negara Maju?. Pertanyaan yang cukup sensitif, terutama bagi kaum Muslim. Tapi, percayalah bukan cuma saya yang berpikir demikian, dan memang itulah kenyataannya. Mari kita lihat peta di bawah ini yang menunjukkan pembagian daerah-daerah negara miskin, berkembang, dan maju (Berdasarkan IMF pada tahun 2008).
Biru Muda: Negara maju
Orange: Negara Berkembang
Merah Kecoklatan: Negara Miskin
Organisasi seperti Bank Dunia, IMF, dan CIA, biasanya setuju bahwa sekelompok negara maju termasuk:
Anggota Uni Eropa:
Austria, Belgia, Denmark, Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani, Irlandia, Italia, Luxemburg, Belanda, Portugal, Spanyol, Swedia, Britania Raya.
Negara non-UE:
Andorra, Islandia, Liechtenstein, Monako, Norwegia, San Marino, Swiss, Vatikan.
Negara bukan Eropa:
Australia, Kanada, Korea Selatan, Hong Kong, Israel, Jepang, Selandia Baru, Singapura, Taiwan, Amerika Serikat.
Data lebih lengkap: http://id.wikipedia.org/wiki/Negara_maju
Dari peta diatas, tidak ditemukan satupun negara Islam ataupun negara bermayoritas penduduk Muslim bukan?, justru yang banyak adalah negara Islam yang miskin terutama di daratan Afrika. Perlu diketahui, beberapa negara telah mencapai GDP tinggi melalui eksploitasi sumber daya alam (seperti Nauru melalui pengambilan fosfor dan Brunei Darussalam melalui pengambilan minyak bumi) tanpa mengembangkan industri yang beragam, dan ekonomi berdasarkan-jasa tidak dianggap memiliki status 'maju'. Kebanyakan negara Timur Tengah seperti Uni Emirat Arab, adalah negara kaya tetapi bukan negara maju, kerena Negara maju adalah sebutan untuk negara yang menikmati standar hidup yang relatif tinggi melalui teknologi tinggi dan ekonomi yang merata.
Hingga saat ini Iran disebut-sebut sebagai negara Islam yang paling maju terutama dalam bidang Sains diantara negara-negara Islam lainnya. Tapi negara inipun masih belum juga diakui sebagai salah satu negara maju (secara keseluruhan), diantara negara-negara lain di dunia. Sedangkan Israel, yang masih dalam kontroversi (karena wilayahnya yang merupakan hasil rampasan dari wilayah Palestina), sudah mendapat pengakuan dan predikat sebagai salah-satu negara maju di dunia.
Sekarang, apakah menjadi negara maju itu harus?. Sebagian besar dari kita pasti menjawab “Ya”. Tapi, coba kita lihat sekali lagi, apakah Islam itu cocok untuk kehidupan masyarakat negara maju seperti Jepang ataupun Amerika Serikat?—Yang notabene adalah negara super power yang saat ini memengang kendali Dunia. Saya rasa “Tidak Terlalu”. Ya, kenapa saya berpendapat demikian?.
Lihatlah kehidupan warga negara Amerika Serikat yang begitu bebas, termasuk untuk perilaku seks bebas (yang menimbulkan HIV-AIDS). Dan saat ini, ada 14 negara bagian di AS yang melegalkan marijuana, yaitu: Alaska, California, Colorado, Hawaii, Maine, Maryland, Michigan, Montana, Nevada, New Mexico, Oregon, Rhode Island, Vermont dan Washington.
Atau kehidupan warga negara Jepang yang dikenal sebagai pekerja keras, memiliki penanganan medis yang sangat baik, dan standar hidup yang tinggi, yang membuat mereka memiliki harapan hidup yang lebih panjang. Tapi, ketahuilah kebanyakan dari mereka hidup penuh tekanan, hal ini dapat dilihat dari predikat Jepang yang merupakan salah-satu negara dengan tingkat kasus bunuh diri paling tinggi di dunia.
Di bawah ini, adalah peta yang menunjukkan pembagian negara-negara berdasarkan jumlah kasus bunuh dirinya:
Rata-rata kasus bunuh diri:
Merah: di atas 13
Kuning: 6.5-13
Biru Tua: kurang dari 6.5
Abu-abu: Tidak ada
Data lebih lengkap: http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_tingkat_bunuh_diri
Apa gunanya angka harapan hidup yang tinggi, kalau banyak yang bunuh diri karena tekanan hidup yang berlebih?.
Seperti yang kita ketahui, bagi kita umat Islam, bunuh diri ataupun mencoba bunuh diri merupakan salah satu dosa yang paling besar di hadapan Allah Swt. Dan lihatlah negara-negara mayoritas penduduk Islam, di daerah Timur Tengah, Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Afrika, hampir tidak tercatat adanya kasus bunuh diri disana.
Selain itu, negara-negara maju juga sudah melegalkan perjudian maupun minuman beralkohol di negaranya. Di negara maju yang super sibuk, tentu memiliki jam kerja yang begitu padat hingga larut malam, dan mereka hampir tidak memiliki waktu istirahat (mungkin termasuk untuk Shalat). Bahkan saat ini, di Italia (dan mungkin dinegara-negara maju lainnya), muncul sebuah kebijakan “aneh” yaitu, melarang para pekerja Muslim untuk berpuasa di bulan Ramadhan karena alasan keseahatan (Larangan tersebut dikeluarkan Komite Keselamatan Kegiatan Pertanian Italia. Mereka mengharuskan pekerja di ladang, termasuk Muslim, untuk tetap makan dan minum selama Ramadhan). Dan bagi mereka yang melanggar, dipecat adalah konsekuensinya.
Alkohol merupakan salah satu penyebab utama tindakan kriminal (Bahkan sudah dijelaskan dalam sebuah kisah Islami, bahwa alkohol bisa membuat seseorang nekad untuk memperkosa dan lalu membunuh). Karena legalitas dari alkohol di negara-negara maju. maka inilah hasilnya:
Lebih lengkapnya lihat di: http://www.nationmaster.com/graph/cri_tot_cri-crime-total-crimes
Secara perhitungan "kasar", negara-negara maju seperti, Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Prancis, Rusia, dan Jepang berada di enam teratas, sebagai negara dengan tingkat kriminalitas tertinggi di dunia (Meskipun tidak semua tindak kriminalitas dinegara-negera maju tersebut merupakan kejahatan yang disebabkan oleh minuman beralkohol). Dan anda tidak akan menemukan negara Islam sampai urutan ke 32 (Turki). Dan hanya beberapa negara Islam yang masuk dalam 82 negara dalam daftar tersebut.
Jadi, apakah kehidupan penduduk di negara maju saat ini, bisa berjalan sesuai syariat Islam?. Mungkin dulu ya, tapi sekarang tidak. Coba bandingkan kehidupan kita dengan orang-orang di barat sana. Mengapa dinegara kita yang masih banyak terdapat orang-orang muslim yang taat beribadah, justru tertinggal dari meraka (orang barat) yang hidup penuh kebebasan dan sangat jauh dari syariat Islam, tapi mereka berhasil mendirikan negara-negara yang maju.
Tapi, bukan tidak mungkin di masa yang akan datang, kejayaan Islam akan bangkit kembali dengan cara yang tidak kita duga-duga.
Namun, “Islam datang pada masa jahiliyah dalam keadaan asing, dan telah datang masanya di mana islam saat ini dirasakan asing oleh pemeluknya. Sungguh benar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya, “Sesungguhnya Islam dimulai dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana awalnya, maka thuuba (beruntunglah) orang-orang yang asing” (HR Muslim).
Mungkin saja kita sedang dalam masa kembalinya Islam, siapa tahu? Wallah hu Alam, kiamat semakin dekat bukan?, dan saat itu, sudah tidak ada lagi orang-orang yang beriman alias kaum Muslimin. Berdasarkan hadits-hadits shohih, Nabi Muhammad Saw. Sebelum kiamat terjadi, tanda-tanda besar akan bermunculan, ketika kiamat sudah dekat sekali (seribu tahun mungkin dianggap dekat, mengingat sejarah bumi yang begitu panjang). Maka Allah Swt, akan mendatangkan sebuah angin sejuk yang menyebabkan setiap orang beriman menemui ajalnya saat tersentuh angin tersebut. Sebab Allah Swt, tidak akan mengizinkan kiamat terjadi ketika masih ada kaum beriman di muka bumi walau hanya seorangpun.
Saya samasekali tidak bermaksud, membuat anda berfikir bahwa “Islam merupakan penghalang suatu negara untuk maju di jaman yang modern ini”. Tapi, yang ingin saya tekankan adalah “Apa yang baik di mata manusia belum tentu baik di hadapan Allah Swt.”, dan “Tak mengapa miskin di dunia, asalkan tak miskin di Akhirat”. Bukankah seseorang yang “ndeso”, miskin, berkulit hitam, dan berbibir tebal sekalipun, akan lebih baik di hadapan Allah Swt, ketika ia memiliki keimanan yang teguh kepada-Nya. Daripada seseorang (ilmuwan sekalipun) yang mendapat puja dan puji karena kecerdasannya, kaya raya, modern, atau berpenamplian sangat menarik, tetapi ia tidak percaya akan adanya Tuhan, yaitu Allah Swt. Dan bukan berarti saya menganggap miskin itu lebih baik dan menjadi kaya dan maju itu adalah buruk. Karena miskin dan kaya itu relatif (tergantung dari sudut pandang apa kita melihatnya).
Catatan: Ini hanya argumentasi saya, anda boleh setuju, boleh juga tidak (Saya rasa tidak ada kebohongan yang saya sampaikan di postingan ini).Repost tidak apa-apa. Tapi, kalau bisa cantumkan sumbernya.
Coba saja deh buka link nya, disana luamyan juga ada comment yang mengatakan bahwa postingan ini merupakan elakan atau kasarnya ngeles dari kebanyakan umat Islam yang morat marit.
Muslimin/at, saudara saudara yang saya cintai karena Allah, saya mau ngomong:
Pertama, kiata instropeksi dulu deh, selama ini apa semua perintahNya sudah kita laksanan? Ya, saya sholat lima kali sehari. Okke deh, tapi, itu dilakukan apa karena rutinitas doang atau memang kita sudah merasa butuh? Dan apakah kita sudah sudah sungguh-sungguh PDKT padaNya dengan memperbanyak amalan sunnah? Dan apakah kita telah berpakaian, bergaul, berprilaku selayaknya akhlak seorang muslim? Islam itu kaffah, man! Islam itu mencangkup semua aspek kehidupan. Bukan berarti kita sholat llima waktu tapi aurat masih bebas akses otomatis kita sudah benar-benar menjalankan Islam sebagaimana semestinya. Islam itu bukan sekedar rutinitas, tapi lebih dari itu. Bahkan Islam itu harusnya menyatu dengan jiwa kita, hati kita, pikiran kita pokoknya bagian dari kita yang kita tidak bisa tenang tanpanya. Apakah kita telah merasakan itu? Kalau belum, bagaimana bisa pengaruh berislam yang sesungguhnya akan muncul pada diri kita?
Kedua, Allah punya janji pada orang-orang muslim, orang-orang yang mentaatiNya dan mengikuti nabiNya. Sekarang, sudahkah kita benar-benar yakin dengan janji itu? Ketika Allah menjanjikan pertolongan pada orang yang menolong agamaNya, sudahkan kita rela menolong agamaNya cukup dengan keyakinan bahwa Ia pun akan menolong kita? Ataukah kita justru termasuk orang-orang yang menganggap bahwa muslim yang taat, berjanggut, celananya tinggi, kerjanya cuma jadi guru ngaji di musholah, azan, garin lah istilahnya, sebagai orang yang kolot? Padahal dia memakmurkan masjid lho, menolong agama Allah. Bukannya saya menyeru anda anda sekalian untuk cukup jadi garin dan tidak perlu sukses dengan jabatan tinggi. Toh saya juga sebenarnya lebih kagum sama muslim yang kaya. Tapi, ketika kita melihat si garin dan malah meremehkan dia, berarti kita belum percaya dong sama janji Allah. Kalau belum percaya sama apa yang dijanjikan oleh Allah, bagaimana kita akan percaya pada agama kita sendiri? Ujung-ujungnya kita lebih percaya sama ideologi barat yang liberal, komunis, atau apa lah istilahnya. Terus, dimana letak keimanan kita kalau begitu? Bukankah iman berarti percaya?
Ketiga, umat Islam juga pernah maju kok, kapan? Dulu, waktu jaman Rasul, jaman kekhalifahan bani umayyah, bani abasyiyah, dan 'maaf', bani bani lain yang saya juga tidak hapal. Terus, kenapa sekarang tidak maju lagi? Sadar diri lah, mereka dulu menganut sistem pemerintahan khilafiyah, pemerintahan yang sesuai ajaran Islam. Yang mana penduduk Islam saat itu pun kebanyakan masih kebanyakan melaksanakan ajaran Islam sebagaimana mestinya. Dan kalau kalian mau meluangkan waktu untuk membaca kisah-kisah masa itu, mari sama-sama kita berdecak kagum. Ternyata ketika peradaban Islam maju, keadaan penduduknya jauh lebih BERADAB dari pada ketika majunya peradaban barat. Bukan karena itu jaman jadul, jaman Siti Nurbaya atau apalah sehingga hidup penuh batasan. Tapi batasan itulah yang menjadikan mereka maju namun tetap beradab. Toh salah satu penyebab runtuhnya peradaban islam saat itu adalah turunnya kualitas keagamaan.
Jadi, kalau memang kita sadar, jangan katakan postingan postingan yang saya copast diatas sebagai alasan, cuma ngeles doang. Tapi nilai dulu diri kita.Sudahkan Islam itu sendiri terpaut pada pribadi kita? Atau pertanyaan kasarnya, "SUDAHKAH KITA MEMAHAMI DAN MENCINTAI ISLAM?"
Jadi pengen ngomong agak kasar dikit, "Neng, katanya lo Islam, tapi ikut pengajian aja lo ogah. Ikut mentoring, denger ceramah, lo bilang boring. Emangnya lo udah seberapa paham sih sama agama lo sendiri? Seberapa rajin sih lo mengamalkan amalan yang dianjurkan sama agama lo?"
Astaghfirullah....