Pagi itu aku telah rapi. Rok jeans dan kemeja coklat memadu tepat ditubuhku. Jilbab coklat yang kusampirkan hingga kebawah dada menutupi auratku. Kusapa teman-teman satu kosku, Fina, Ika, dan Diba. Merekapun sama rapinya, berbalut pakaian syar'i hari ini. Bahkan Fina yang biasanya tak mengenakan jilbab pun kini tampak semakin cantik dengan balutan kerudung di kepalanya.
Berempat kami berjalan bersama, menuju ramainya aula. Ya, begitulah suasananya, beda dari hari-hari sebelumnya. Lingkungan yang biasanya berserakan dengan rambut-rambut panjang tergerai, hari ini semuanya tertutupi jilbab. Jalan pun, dipisahkan mana yang laki-laki dan perempuan.
Hari ini adalah hari Opening Mentoring Pendidikan Agama Islam di kampus kami. Setiap mahasiswa baru yang mengambil mata kuliah Pendidikan Agama Islam wajib mengikuti mentoring dan beberapa acara-acara yang diadakan oleh Badan Mentoring di kampus. Dan tentunya, aturan pakaian syar'i mengikat selama berlangsungnya kegiatan yang dikenal juga dengan praktikum agama ini.
Mengisi absen di meja registrasi, masing-masing kami kemudian mendapatkan cap kehadiran di kartu penilaian. Kemudian kami masuk dan duduk berdekatan. Acara pun dibuka dengan lantunan suci ayat al-Qur'an, tausiah, dan hiburan. Subhanallah, sudah lama sekali rasanya tidak menghadiri prosesi acara yang suasana islaminya kental seperti ini.
Aah, ini semua hanya membuat hatiku tiba-tiba beku, dingin sekali. Entah kenapa kemudian muncul perasaan rindu.
Rindu!?
Ya, rindu. Tiba-tiba aku merindu. Tapi sungguh aku tak tahu pada apa aku merindu.
Acara selesai. Tibalah dalam rangkaian acara terakhir, pertemuan 'nol' dengan kelompok mentoringnya masing-masing. Kelompok disini dibagi berdasarkan nomor induk mahasiswa. Tentunya dengan begitu satu kelompok terdiri dari orang-orang yang duduk di kelas yang sama. Aku dan Diba jadilah satu kelompok.
Kak Medi, angkatan 2008, beliaulah yang menyambut kami dengan senyum semangat dan penuh cinta. Beliaulah mentor kelompok kami. Keceriaan dan kasih sayang yang terpancar dari senyum manisnya membawa daya tarik tersendiri bagi kami, mentee yang bisa dibilang polos dalam dunia da'wah.
Selesai pertemuan "nol", kuputuskan untuk sedikit membuat diskusi dengan Kak Medi. Satu hal yang kutanya, "Apa bedanya mentoring dengan liqo?"
Beliau langsung bertanya balik apakah aku pernah liqo' sebelumnya dan menjelaskan, bahwa kelompok mentoring yang sekarang ini hanyalah sementara, hingga berakhirnya semester satu. Setelah itu akan ada follow up mentoring untuk yang ingin melanjutkan. Sementara liqo' menjadi follow up bagi siapa yang sebelumnya sudah mengikuti mentoring, baik di sekolah maupun lainnya.
Aah, aku jadi ingat suatu masa, ketika aku SMP dulu. Sekolahku mewajibkan mentoring bagi seluruh siswa. Bahkan hari Jum'at menjadi hari rutin pertemuan kelompok mentoringku. Dibanding ceramah-ceramah ustadz, tidak tinggi ilmu yang akan didapatkan disana. Namun bagiku mentoring adalah sebagai charger yang akan membuat batrai imanku kembali penuh terisi. Setelah mentoring selalu ada ruh baru yang menggejolak, memberikan semangat kuat dan pemahaman.
Tidak hanya itu, dimentoringlah dulunya aku merasakan manisnya ukhuwah. Betapa indahnya ketika kami saling bertemu, tertawa bersama, menangis bersama, diskusi, bertukar kado, saling dengar, curhat, dan berbagi ilmu. Dengan seorang mentor yang tampa pamrih membimbing kami, menjaga semangat kami agar amalan yaumi kami selalu dalam keadaan yang baik. Terkadang kami isi jadwal dengan memasak, jalan-jalan, atau sekedar makan bakso di luar. Dan yang paling indah adalah, ketika kami bertemu dan berpisah karena Allah. Karena mengorek ilmu-Nya, bertafakur, muhasabah, dan saling menasihati.
Tapi alangkah sedihnya, aku kemudian lulus SMP dan harus pindah ke luar kota untuk melanjutkan SMA di sebuah sekolah berasrama. Tentunya tidak ada lagi mentoring. Tidak ada lagi suasana saling mengingatkan. Iman di hati tak lagi mendapatkan isi batrai yang baru. Perlahan, muroja'ah hapalan yang rutin sudah sejak SD kulalui tiada lagi dalam list agenda. Kesibukan sekolah mengurangi intensitas tilawah. Bangun malam jarang. Azan subuhlah yang kemudian menjadi alarm. Bukan lagi bisikan cinta sepertiga malam terakhir.
Aah, semakin lama semakin hampa rasanya. Aku sendiri, ya, sendiri. Tidak ada teman lagi yang sudi mengingatkan karena Allah. Tidak ada mentor lagi yang mengontrol amalan, menanyakan tiap Jum'at siang.
Rasanya sudah terlalu panjang aku berjalan menjauh, hati pun mulai sesak. Aku sudah terlalu rindu. Sudah lama menanti adanya teman.
Entah senang apa yang muncul ketika aku lulus SMA. Aku banyangkan diriku di bangku kuliah, sedang bercengkrama dengan komunitas yang seperti SMP dulu. Bercerita tentang sirah dan hadist, menekuni ayat-ayat al-Qur'an, saling menasihati dalam kebaikan dan mencegah dalam kemungkaran, sama-sama memperbaiki diri, menjadikan akhirat sebagai tujuan utama. Bukan dunia. Bukan sekedar menjadi kaya, beruang, punya keluarga elit. Bukan!!! Tapi menjadi ahli syurga.
Dengan senyum penuh makna, kutinggalkan SMA, kumasuki bangku perkuliahan.
Dan tibalah hari ini, hari yang kunanti-nanti. Hari dimana celah pertemuan aku dengan komunitas impianku terbuka. Hari dimana kerinduan yang dalam akan suasana seperti SMP dulu akan terlepas. Dan Kak Medi, orang yang dengan penuh harap, kuingin ia menjadi pintu bagiku untuk menikmati indahnya iman dan ukhuwah, yang seperti dulu.
"Dek, kamu sudah dapat kelompok liqo', tapi untuk satu semester ini, sabar ya, karena kelompoknya ada dua. Satu liqo' dan satu lagi mentoring. Karena mentoring ini untuk memenuhi nilai PAI, sementara liqo' jadikan sebagai pengobat hatimu."
Alhamdulillah...
Disanalah akhirnya aku dipertemukan dengan saudara-saudara baruku. Bukan dimentoring bersama Kak Medi, dimana kami datang sekedar memenuhi tuntutan dosen agama. Tapi kelompok yang lain dengan seorang murobbiyah yang super. Kelompok yang nilainya tidak terhitung SKS, kelompok yang ada karena sebatas punya keinginan. Juga teman-teman yang sepertiku, yang menatap penuh harap pada 'jalan itu'.
Kini, aku telah mengecap lagi manis yang kurindukan. Manisnya iman, manisnya cinta, manisnya ukhuwah, dan manisnya waktu yang habis di jalan-Nya.
~ I love mentoring ~
*Cerpen diatas berdasarkan kisah nyata dari seorang akhwat yang sempat limbung kehilangan cahaya. Dengan sedikit tambahan asam manis goresan tangan.
0 komentar:
Posting Komentar